PADI

TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 1/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
PADI
(  Oryza   Sativa )
1. SEJARAH SINGKAT
Padi merupakan  tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian
kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti
sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai
pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar
Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal
padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 2/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Keluarga : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza spp.
Terdapat 25 spesies  Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspesies
yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi
dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi
dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.
Varitas unggul nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan  Makmur
(dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah). Varitas
unggul introduksi dari International Rice Research Institute (IRRI) Filipina adalah
jenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34,
PB 36 dan PB 48 (dataran rendah).
3. MANFAAT TANAMAN
Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan negara
Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika
mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia.
Selain itu jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha
tani.
4. SENTRA PENANAMAN
Pusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali,
Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen padi
mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi
nasional adalah 47.293.000 ton.  Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi
nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi Jawa
Barat seperti Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti.
Produksi padi nasional sampai Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang meliputi
areal panen 9.881.764 ha. Karena pemeliharaan yang kurang intensif, hasil padi
gogo hanya 1-3 ton/ha, sedangkan dengan kultur teknis yang baik hasil padi sawah
mencapai 6-7 ton/ha.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 3/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
a) Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS
dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.
b) Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun.
Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi
meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air
melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif.
c) Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur
22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur
19-23 derajat C.
d) Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan.
e) Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang
akan merobohkan tanaman.
5.2. Media Tanam
a) Padi gogo
1. Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup
mengandung air dan udara.
2. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok bervariasi mulai dari
yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang
tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada
harus < 50%.
3. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0.
b) Padi sawah
1. Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki
lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah.
2. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm.
3. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan
mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur
dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami
penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung
oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan
tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 4/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Syarat benih yang baik:
a) Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama
gudang.
b) Warna gabah sesuai aslinya dan cerah.
c) Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya.
d) Daya perkecambahan 80%.
2) Penyiapan Benih
Benih dimasukkan ke dalam karung goni dan direndam 1 malam di dalam air
mengalir supaya perkecambahan benih bersamaan.
3) Teknik Penyemaian Benih
a) Padi sawah
Untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih tergantung pada jenis
padinya. Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luas
persemaian kira-kira 1/20 dari aeral sawah yang akan ditanami. Lahan
persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat bedengan sepanjang 500-600
cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea
dan SP-36 masing-masing 10 gram/meter persegi. Benih disemai dengan
kerapatan 75 gram/meter persegi.
b) Padi Gogo
Benih langsung ditanam di ladang.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 5 cm. Semprotkan pestisida
pada hari ke 7 dan taburi pupuk urea 10 gram/meter persegi pada hari ke 10.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 5/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
5) Pemindahan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 25-40 hari, berdaun 5-7
helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang
hama dan penyakit.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Pengolahan Lahan Padi Sawah
a) Bersihkan saluran air dan sawah dari jerami dan rumput liar.
b) Perbaiki pematang serta cangkul sudut petak sawah yang sukar dikerjakan
dengan bajak.
c) Bajak sawah untuk membalik tanah dan memasukkan bahan organik yang ada
di permukaan. Pembajakan pertama dilakukan pada awal musim tanam dan
dibiarkan 2-3 hari setelah itu dilakukan pembajakan ke dua yang disusul oleh
pembajakan ketiga 3-5 hari menjelang tanam.
d) Ratakan permukaan tanah sawah, dan hancurkan gumpalan tanah dengan cara
menggaru. Permukaan tanah yang rata dapat dibuktikan dengan melihat
permukaan air di dalam petak sawah yang merata.
e) Lereng yang curam dibuat teras memanjang dengan petak-petak yang dibatasi
oleh pematang agar permukaan tanah merata.
3) Pengolahan Lahan Padi Gogo
Waktu yang tepat adalah di akhir musim kemarau atau menjelang musim hujan.
Cara pengolahan tanah adalah sebagai berikut:
a) Lahan dibersihkan dari tanaman penggangu dan rumput sambil memperbaiki
pematang dan saluran drainase.
b) Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik.
c) Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua sebanyak
20 ton/ha.
d) Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru lalu diratakan.
e) Tanah dibiarkan sampai hujan turun.
6.3. Teknik Penanaman
1) Pola Tanam
Pada areal beririgasi, lahan dapat ditanami padi 3 x setahun, tetapi pada sawah
tadah hujan harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija. Pergiliran
tanaman ini juga dilakukan pada lahan beririgasi, biasanya  setelah satu tahun
menanam padi.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 6/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Untuk meningkatkan produktivitas lahan, seringkali dilakukan tumpang sari
dengan tanaman semusim lainnya, misalnya padi gogo dengan jagung atau padi
gogo di antara ubi kayu dan kacang tanah.  Pada pertanaman padi sawah,
tanaman tumpang sari ditanam di pematang sawah, biasanya berupa kacang-kacangan.
2) Penanaman Padi Sawah
Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22
cm atau 30 x 20 cm tergantung pada varitas padi, kesuburan tanah dan musim.
Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih
lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak tanam di daerah
pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih lambat. 2-3 batang bibit ditanam
pada kedalaman 3-4 cm.
3) Penanaman Padi Gogo
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan setelah dua atau tiga kali turun
hujan di bulan Oktober-November. Penanaman dilakukan dengan cara:
a) Di dalam lubang tanam
Kedalaman lubang 3-5 cm dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Satu lubang diisi
dengan 5-7 butir benih dan ditutup dengan pupuk kandang dan abu, debu atau
tanah halus.
b) Di dalam larikan
Terlebih dahulu dibuat alur tanam dengan bantuan kayu  berujung runcing
dengan jarak antar aluran 60 cm dan kedalaman 3 cm. Benih ditaburkan ke
dalam aluran.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman Padi Sawah
Penyulaman tanaman yang mati dilakukan paling lama 14 hari setelah tanam.
Bibit sulaman harus dari jenis yang sama yang merupakan bibit cadangan pada
persemaian bibit.
2) Penyiangan Padi Sawah
Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang dikerjakan
sekaligus dengan menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu
pada saat berumur 3 dan 6 minggu dengan menggunakan landak (alat penyiang
mekanis yang berfungsi dengan cara didorong) atau cangkul kecil.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 7/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
3) Pengairan Padi Sawah
Syarat penggunaan air di sawah:
a) Air berasal dari sumber air yang telah ditentukan Dinas Pengairan/ Dinas
Pertanian dengan aliran air tidak deras.
b) Air harus bisa menggenangi sawah dengan merata.
c) Lubang pemasukkan dan pembuangan air letaknya bersebrangan agar air
merata di seluruh lahan.
d) Air mengalir membawa lumpur dan kotoran yang diendapkan pada petak
sawah. Kotoran berfungsi sebagai pupuk.
e) Genangan air harus pada ketinggian yang telah ditentukan.
Setelah tanam, sawah dikeringkan 2-3 hari kemudian diairi kembali sedikit demi
sedikit. Sejak padi berumur 8 hari genangan air mencapai 5 cm. Pada waktu padi
berumur 8-45 hari kedalaman air ditingkatkan menjadi 10 sampai dengan 20 cm.
Pada waktu padi mulai berbulir, penggenangan sudah mencapai 20-25 cm, pada
waktu padi menguning ketinggian air dikurangi sedikit-demi sedikit.
4) Pemupukan Padi Sawah
Pupuk kandang 5 ton/ha diberikan ke dalam tanah dua minggu sebelum tanam
pada waktu pembajakan tanah sawah. Pupuk anorganik yang dianjurkan
Urea=300 kg/ha, TSP=75-175 kg/ha dan KCl=50 kg/ha.
Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu, 6-8 minggu setelah tanam.
Urea disebarkan dan diinjak agar terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari
sebelum tanam dengan cara disebarkan dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2
kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar malai.
5) Penyiangan dan Pembumbunan Padi Gogo
Dilakukan secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit atau dengan tangan waktu
tanaman berumur 3-4 minggu dan 8 minggu. Pembumbunan dilakukan
bersamaan dengan penyiangan pertama dan 1-2 minggu sebelum muncul malai.
6) Penyulaman Padi Gogo
Dilakukan pada umur 1-3 minggu setelah tanam.
7) Pemupukan Padi Gogo
a) Pupuk organik
Berasal dari tanaman pupuk hijau seperti Crotalaria juncea yang berumur 4-6
bulan atau dari pupuk kandang yang telah matang. Pupuk organik dibenamkan
ke tanah dengan dosisi 10-30 ton/ha.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 8/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
b) Pupuk anorganik
Pupuk yang diberikan  berupa 150-200 kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50 kg/ha
KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan saat tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8
minggu setelah tanam.
8) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan 1-2 minggu sekali tergantung dari intensitas
serangan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama Hama di Persemaian Basah (untuk padi sawah)
a) Hama di Persemaian Basah (untuk padi sawah)
1. Hama putih ( Nymphula depunctalis )
Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang
sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi.  Pengendalian: (1) pengaturan
air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami,
menggugurkan tabung daun; (2) penyemprotan insektisida Kiltop 50 EC atau
Tomafur 3G.
2. Padi trip (Trips oryzae)
Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan,
pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi.
Pengendalian: insektisida Mipein 50 WP atau Dharmacin 50 WP.
3. Ulat tentara ( Pseudaletia unipuncta,  berwarna abu-abu; Spodoptera litura,
berwarna coklat hitam; S. exempta, bergaris kuning)
Gejala: ulat memakan helai daun, tanaman hanya tinggal tulang-tulang daun.
Pengendalian: cara mekanis dan insektisida Sevin, Diazenon, Sumithion dan
Agrocide.
7.2. Hama di Sawah
a) Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng
padi berpunggung putih (Sogatella furcifera).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat ini hama wereng paling
ditakuti oleh petani di Indonesia. Wereng ini dapat menularkan virus. Gejala:
tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tnaman seperti
terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.  Pengendalian: (1)
bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 9/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami
seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penyemportan insektisida
Applaud 10 WP, Applaud 400 FW atau Applaud 100 EC.
b) Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan  N.
impicticep ).
Merusak dengan cara mengisap cairan daun. Gejala : di tempat bekas hisapan
akan tumbuh cendawan jelaga, daun tanaman kering dan mati. Tanaman ada
yang menjadi kerdil, bagian pucuk berwarna kuning hingga kuning kecoklatan.
Malai yang dihasilkan kecil.
c) Walang sangit (Leptocoriza acuta )
Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala : dan menyebabkan buah hampa
atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada
daun terdapat bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatan kebersihan, mengumpulkan
dan memunahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik; (2)
menyemprotkan insektisida Bassa 50 EC, Dharmabas 500 EC, Dharmacin 50 WP,
Kiltop 50 EC.
d) Kepik hijau ( Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi.  Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas
tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan
tanaman terganggu.  Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan insektisida Curacron 250 ULV, Dimilin 25 WP, Larvin 75
WP.
e) Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih ( Tryporhyza
innotata ), kuning ( T. incertulas ), bergaris ( Chilo supressalis ) dan merah jambu
(Sesamia inferens ).
Dapat menimbulkan kerugian besar. Menyerang batang dan pelepah daun.
Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut,
daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda
disebut hama “sundep” dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut “beluk”.
Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan
lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong
mati, membakar jerami; (2) menggunakan insektisida Curaterr 3G, Dharmafur 3G,
Furadan 3G, Karphos 25 EC, Opetrofur 3G, Tomafur 3G.
f) Hama tikus ( Rattus argentiventer)
Tanaman padi akan mengalami kerusakan parah apabila terserang oleh hama
tikus dan menyebabkan penurunan produksi padi yang cukup besar. Menyerang
batang muda (1-2 bulan) dan buah.  Gejala : adanya tanaman padi yang roboh
pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 10/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Pengendalian: pergiliran tanaman, sanitasi, gropyokan, melepas  musuh alami
seperti ular dan burung hantu, penggunaan pestisida dengan tepat, intensif dan
teratur, memberikan umpan beracun seperti seng fosfat yang dicampur dengan
jagung atau beras.
g) Burung (manyar  Palceus manyar, gelatik  Padda aryzyvora, pipit  Lonchura
lencogastroides, peking  L. puntulata,  bondol hitam L. ferraginosa dan bondol putih
L. ferramaya ).
Menyerang padi menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan.
Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.
7.3. Penyakit
a) Bercak daun coklat
Penyebab : jamur  Helmintosporium oryzae ).  Gejala: menyerang pelepah, malai,
buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak
coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan
kecambah mati.  Pengendalian: (1) merendam benih di dalam air panas,
pemupukan berimbang, menanam padi tahan penyakit ini, menaburkan serbuk air
raksa dan bubuk kapur (2:15); (2) dengan insektisida Rabcide 50 WP.
b) Blast
Penyebab : jamur  Pyricularia oryzae.  Gejala: menyerang daun, buku pada malai
dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai
malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan
makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1)
membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani,
Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetatif
dan fase pembentukan bulir; (2) menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC,
Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS atau Rabcide 50 WP.
c) Penyakit garis coklat daun (Narrow brown leaf spot,)
Penyebab : jamur  Cercospora oryzae .  Gejala: menyerang daun dan pelepah.
Tampak gari-garis atau bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklat
sepanjang 2-10 mm. Proses pembungaan dan pengisian biji terhambat.
Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini seperti  Citarum,
mencelupkan benih ke dalam larutan merkuri; (2) menyemprotkan fungisida
Benlate T 20/20 WP atau Delsene MX 200.
d) Busuk pelepah daun
Penyebab : jamur Rhizoctonia  sp.  Gejala: menyerang daun dan pelepah daun,
gejala terlihat pada tanaman yang telah membentuk anakan dan menyebabkan
jumlah dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan secara
ekonomi.  Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini; (2)
menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan seperti Monceren 25
WP dan Validacin 3 AS.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 11/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
e) Penyakit fusarium
Penyebab : jamur Fusarium moniliforme.  Gejala: menyerang malai dan biji muda,
malai dan biji menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar
membusuk, tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah.
Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih pada larutan
merkuri.
f) Penyakit noda/api palsu
Penyebab : jamur  Ustilaginoidea virens.   Gejala: malai dan buah padi dipenuhi
spora, dalam satu malai hanya beberap butir saja yang terserang. Penyakit tidak
menimbulkan kerugian besar.  Pengendalian: memusnahkan malai yang sakit,
menyemprotkan fungisida pada malai sakit.
g) Penyakit kresek/hawar daun
Penyebab : bakteri  Xanthomonas campestris  pv  oryzae )  Gejala: menyerang daun
dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan
berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Serangan menyebabkan
gagal panen. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR
46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2)
pengendalian kimia dengan bakterisida Stablex  WP.
h) Penyakit bakteri daun bergaris/ Leaf streak
Penyebab : bakteri  X. translucens.  Gejala : menyerang daun dan titik tumbuh.
Terdapat garis basah berwarna merah kekuningan pada helai daun sehingga
daun seperti terbakar. Pengendalian: menanam varitas unggul, menghindari luka
mekanis, pergiliran varitas dan bakterisida Stablex 10 WP.
i) Penyakit kerdil
Penyebab : virus ditularkan oleh serangga  Nilaparvata lugens.  Gejala: menyerang
semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil.
Penyakit ini sangat merugikan. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan
dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada memberantas
vektor.
j) Penyakit tungro
Penyebab : virus yang ditularkan oleh wereng  Nephotettix impicticeps.  Gejala:
menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang  sempurna,
daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda,
malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti
Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 12/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
7.4. Gulma
Gulma yang tumbuh di antara tanaman padi adalah rumput-rumputan seperti rumput
teki ( Cytorus rotundus) dan gulma berdaun lebar. Pengendalian dengan cara
mekanis (mencabut, menyiangi), jarak tanam yang tepat dan penyemprotan
herbisida Basagran 50 ML, Difenex 7G, DMA 6 dll.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Padi siap panen: 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian
bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau
rendah.
8.2. Cara Panen
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong
pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi.
Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper
binder , panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan dengan
Reaper harvester  panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar.
8.3. Perkiraan Produksi
Dengan penanaman dan pemeliharaan yang intensif, diharapkan produksi mencapai
7 ton/ha. Saat ini hasil yang didapat hanya 4-5 ton/ha.
9. PASCAPANEN
a) Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara diinjak-injak (± 60
jam orang untuk 1 hektar), dihempas/dibanting (±  16 jam orang untuk 1 hektar)
dilakukan dua kali di dua tempat terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok,
waktu dapat dihemat. Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya
memerlukan 7,8 jam orang untuk 1 hektar hasil panen.
b) Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau dengan blower
manual. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3 %.
c) Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14 %.
Secara tradisional padi dijemur di halaman. Jika menggunakan mesin pengering,
kebersihan gabah lebih terjamin daripada dijemur di halaman.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 13/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
d) Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke dalam karung bersih dan jauhkan dari beras
karena dapat tertulari hama beras. Gabah siap dibawa ke tempat penggilingan
beras (huller).
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Harga padi yang sangat ditentukan pemerintah menyebabkan petani sering kali
merugi karena modal dasar tidak seimbang dengan harga gabah. Keadaan ini
semakin memburuk dengan dihilangkannya subsidi pupuk. Petani menjual padi ke
Bulog dengan harga yang ditentukan pemerintah (saat ini seharga Rp. 2.100-1.500/kg). Pada saat penen raya, bulog tidak memiliki cukup uang untuk membeli
padi rakyat sehingga menunggak pembayaran ke petani. Keadaan ini sangat
merugikan petani. Budidaya padi untuk mencapai keuntungan yang layak sulit
diwujudkan.
Perkiraan analisis budidaya padi (nasional) permusim panen dengan luas lahan 1
hektar masa tanam tahun 1999. (sumber: Departemen Pertanian)
a) Biaya produksi
1. Sewa lahan  Rp.    600.000,-2. Bibit: benih 25 kg @ Rp. 3.000,- Rp.      75.000,-3. Pupuk
- Urea: 200 kg @ Rp. 1.115,- Rp.    223.000,-- ZA: 50 kg @ Rp. 1.000,- Rp.      50.000,-- SP-35: 100 kg @ Rp. 1.600,- Rp.    160.000,-- KCl: 75 kg @ Rp. 1.650,- Rp.    123.750,-- PPC/ZPT Rp.      64.000,-4. Pestisida Rp.    600.000,-5. Tenaga kerja
- Persemaian 5 HOK @ Rp. 8.000,- Rp.      40.000,-- Pengolahan tanah dgn mesin 15 HOK @ Rp. 15.000  Rp.    220.000,-- Menanam 20 HOK @ Rp. 6.000,- Rp.    120.000,-- Penyiangan 15 HOK @ Rp. 8.000,- Rp.    120.000,-- Pemupukan 9 HOK @ Rp. 8.000,- Rp.      72.000,-- Pemberantasan OPT 4 HOK @ Rp. 8.000,- Rp.      32.000,-6. Panen dan pascapanen
- Merontok, keringkan, angkut 72 HOK @ Rp. 8.000,- Rp.    576.000,-- Ongos angkut ke pasar Rp.      26.918,-7. Bunga bank Rp.    148.037,-Jumlah biaya produksi Rp. 2.994.705,-b) Pendapatan 4.201 kg (GKG) @ Rp.1.450,- Rp. 6.091.450,-
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 14/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
c) Keuntungan Rp. 3.096.745,-d) Parameter kelayakan usaha
1. B/C Ratio  = 1,03
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Beras adalah makanan pokok sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi di
dunia. Kebutuhan beras nasional tidak terpenuhi oleh produksi beras dalam negeri
karena itu kita masih selalu mengimpor beras. Pemerintah, pada tahun 1998
mengimpor 3,1 juta ton beras untuk mengantisipasi kebutuhan beras masyarakat.
Dengan memperhatikan hal di atas seharusnya agribisnis padi dapat menarik banyak
para investor. Namun demikiaan, dilain pihak, harga beras sangat ditentukan
pemerintah dan tidak dinamis seperti halnya tanaman hortikultur atau perkebunan
sehingga umumnya petani padi sering merugi. Tanpa perubahan tata niaga beras
dan pengurangan campur tangan pemerintah, agribisnis padi akan tetap tidak
banyak diperhitungkan dan diminati oleh investor di bidang pertanian.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang lingkup
Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan dan pengemasan.
11.2. Diskripsi
Standar mutu gabah di Indonesia tercantum dalam SNI 0224-1987-0.
11.3. Klasifikasi dan Standar mutu
a) Persyaratan kualitatif
1. Bebas hama dan penyakit.
2. Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya.
3. Bebas dari bahan-bahan kimia seperti sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisida
dan bahan kimia lainnya.
4. Gabah tidak boleh panas.
b) Persyaratan kuantitatif
1. Kadar air maksimum (%): mutu I=14,0; mutu II=14,0; mutu III=14,0.
2. Gabah hampa maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=2,0; mutu III=3,0.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 15/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
3. Butir rusak dan butir kuning maksimum (%): mutu I=2,0; mutu II=5,0; mutu
III=7,0.
4. Butir rusak dan gabah muda maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=5,0; mutu
III=10,0.
5. Butir merah maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=2,0; mutu III=4,0.
6. Benda asing maksimum (%): mutu I tidak ada; mutu II=0,5; mutu III=1,0.
7. Gabah varientas lain maksimum (%): mutu I=2,0; mutu II=5,0; mutu III=10,0.
Tingkat mutu gabah rendah  (sample grade ) adalah tingkat mutu gabah tidak
memenuhi persyaratan tingkat mutu I,II dan III tidak memenuhi persyaratan kualitatif.
11.4. Pengambilan Contoh
Sedangkan untuk cara pengujian mutu dan pengambilan contoh terdapat dalam
“Petunjuk pengujian mutu dan pengambilan contoh “ yang disajikan tersendiri dalam
pelaksanaan standar  (implementasi).
11.5. Pengemasan
Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan bersih dan dijahit
mulutnya, berat netto maksimum 75 kg dan tahan mengalami “handling” baik waktu
pemuatan maupun pembongkaran.
Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman
yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.
12. DAFTAR PUSTAKA
a) AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
b) Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat. 1982. Petunjuk Perlakuan Pasca Panen
Tanaman Padi.
c) Griest, D.H. Rice. Longman. Singapore
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 16/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
d) Suparyono, Dr & Agus Setyono, Dr. 1994. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jakarta, Februari 2000
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, Proyek
PEMD, BAPPENAS
Editor : Kemal Prihatman
KEMBALI KE MENU

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar