PEGAGAN

BUDIDAYA TANAMAN PEGAGAN
Mariam Januwati dan M. Yusron 

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika
Jl. Tentara Pelajar No. 3
Telp. (0251) 321879, Fax. (0251) 327010
E-mail :  balittro@telkom.net. 
Homepage : http://www.balittro.go.id
  1
PENDAHULUAN

Pegagan ( Centella asiaticaI  [L] Urb.) telah lama dimanfaatkan
sebagai obat tradisional   baik  dalam bentuk bahan segar, kering
maupun yang sudah dalam bentuk ramuan (jamu). Di Australia telah
dibuat obat dengan nama “Gotu Kola” yang bermanfaat sebagai anti
pikun dan juga sebagai anti stress. Di Indonesia pegagan telah banyak
dimanfaatkan sebagai obat untuk penyembuhan penyakit  HIV melalui
peningkatan ketahanan tubuh pasien. Secara empirik, pegagan
bermanfaat sebagai penyembuh luka, radang, reumatik, asma, wasir,
tuberkulosis, lepra, disentri, demam dan penambah selera makan. Di
Cina, pegagan bermanfaat untuk memperlancar sirkulasi darah, bahkan
dianggap lebih bermanfaat dibandingkan dengan ginko biloba atau
ginseng yang berasal dari Korea. 
Salah satu pabrik jamu memerlukan lebih kurang 100 ton
pegagan setiap tahunnya. Dari sepuluh jenis jamu yang beredar di
pasaran, pegagan merupakan bahan baku yang dipergunakan, dengan
kadar simplisia yang dicantumkan dalam kemasannya  antara 15-25 %.
Banyaknya manfaat tanaman ini nampaknya berkaitan dengan
banyaknya komponen minyak atsiri seperti sitronelal, linalool, neral,
menthol, dan linalil asetat.  Dengan adanya komponen tersebut dalam
minyak atsiri pegagan, tanaman ini memiliki potensi sebagai sumber
bahan pengobatan terhadap anti penyakit yang disebabkan tujuh jenis
bakteri  Rhizobacter spharoides, Escherichia coli, Plasmodium
vulgaris, Micrococcus luteus,  Baccillus subtilis, Entero aerogenes dan
Staphyllococcus aureus.  
Tetapi karena pegagan juga memiliki sifat narkotis sehingga
dalam pemakaiannya harus sangat hati-hati. Dosis yang tinggi menye-babkan pasien menjadi pening.
Sampai saat ini pegagan dipanen dari alam.  Untuk mendukung
pengembangan pegagan skala luas perlu didukung dengan usaha
budidaya.  Untuk menghasilkan produk pegagan yang bermutu
diperlukan bahan tanaman yang terjamin tingkat produksi dan
mutunya dengan menerapkan budidaya anjuran mengacu GAP (Good
Agricultural Practices), diantaranya menggunakan bahan tanaman dari
varietas dengan potensi produksi dan mutu tinggi, teknik budidaya dan
  2
proses pasca panen yang baku melalui penerapan SPO (Standar
Prosedur Operasional). 
PERSYARATAN TUMBUH

Pegagan bersifat kosmopolitan tumbuh liar di tempat-tempat
yang lembab pada intensitas sinar yang rendah (ternaungi) hingga pada
tempat-tempat terbuka, seperti di padang rumput, pinggir selokan,
pematang sawah. 
Faktor lingkungan yang berperan dalam pertumbuhan dan
mempengaruhi kandungan bahan aktif tanaman pegagan, antara lain :
Tinggi tempat
Ketinggian tempat optimum untuk tanaman ini adalah 200 –
800 m dpl. Di atas 1.000 m dpl. produksi dan mutunya akan menjadi
lebih rendah.
Jenis tanah
Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik hampir
pada semua jenis tanah lahan kering.  Pada jenis tanah Latosol dengan
kandungan liat sedang tanaman ini tumbuh subur dan kandungan
bahan aktifnya cukup baik.
Iklim  
Pegagan tidak tahan terhadap tempat yang terlalu kering, karena
sistim perakarannya yang dangkal.  Oleh karena itu faktor iklim yang
penting dalam pengembangan pegagan adalah curah hujan. Apabila
pegagan ditanam pada musim kemarau dan tanaman  mengalami
kekurangan air, maka perlu dilakukan penyiraman.    
Tanaman ini akan tumbuh baik dengan intensitas cahaya 30 –
40 %, sehingga dapat dikembangkan sebagai tanaman sela (semusim
maupun tahunan), misalnya di antara tanaman jagung, kelapa, kelapa
sawit, buah-buahan yang tidak terlalu rindang.
Di tempat dengan naungan yang cukup, helaian daun pegagan
menjadi lebih besar dan tebal dibanding apabila tanaman tumbuh di
tempat terbuka.  Sedangkan pada tempat-tempat yang kurang cahaya,
helaian daun akan menipis, warna memucat.
  3
Selain itu juga pada tanah yang kurang subur dapat diberikan
pupuk organik atau kompos.

BAHAN TANAMAN

Pegagan umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan
menggunakan stolon atau tunas anakan, tetapi dapat pula diperbanyak
dengan biji (secara generatif).  
Benih yang akan  ditanam sudah berstolon dengan disertai
minimal 2 calon tunas.  Benih berasal dari induk yang telah berumur
minimal setahun.  Walaupun pegagan berbiji, perbanyakan dilakukan
melalui bagian stolon (vegetatif), yang disemaikan terlebih dahulu
selama 2 – 3 minggu.  Persemaian menggunakan polibag kecil, diisi
media tanam campuran tanah dan pupuk kandang (2 : 1), diletakkan di
tempat dengan naungan yang cukup dan disiram setiap hari.
BUDIDAYA

Teknik budidaya yang baik sangat dianjurkan untuk
memperoleh kualitas hasil tanaman yang stabil,  karena mutu simplisia
yang diharapkan tidak hanya meliputi standar morfologis, anatomi atau
komponen aktif tetapi juga ketetapan-ketetapan fisik tertentu.
Penanaman
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. 
Pengolahan tanah dilakukan sedalam 30 cm, digemburkan dan
dibersihkan dari gulma dan ranting-ranting, lalu dibuat bedengan dan
saluran drainase, untuk mencegah terjadinya genangan di lahan. 
Penanaman dilakukan pada bedengan yang telah disiapkan dengan
jarak tanam antar baris 20 - 30 cm, dan dalam baris 20 – 25 cm.
Pemupukan
Seminggu sebelum tanam diberikan pupuk dasar terdiri dari 10
- 20 ton pupuk kandang, 150 – 200 kg  SP36 dan 150 – 200 kg KCl
per hektar.  Pada umur 1, 2 dan 3 bulan setelah tanam dipupuk
sepertiga bagian pupuk Urea dengan dosis 150 – 300 kg per hektar. 
Selain itu untuk meningkatkan kandungan bahan aktifnya, dapat
  4
ditambahkan pupuk daun, dengan dosis sesuai anjuran dari produk
yang digunakan.
Pemeliharaan tanaman
Sampai saat ini pada budidaya tanaman ini, sedangkan yang
perlu mendapat perhatian adalah tumbuhnya gulma, hama maupun
penyakit yang berarti belum pernah dilaporkan Pada saat musim
kemarau yang berkepanjangan harus dilakukan penyiraman, atau
untuk mengatasi kondisi tersebut, dapat dilakukan penanaman tanaman
peneduh sejak awal tanam. Tetapi apabila tanaman naungan terlalu
rindang harus dilakukan pemangkasan.

PANEN

Panen biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 3 – 4 bulan,
dengan cara memangkas bagian daun dan batangnya.  Selang
pemanenan dengan panen selanjutnya sekitar dua bulan.  Hasil
produksi total sekitar 15 – 25 ton /ha segar atau setara 1,5 – 2,5 ton/ha
kering.

PASCA PANEN

Penangan pasca panen diawali dengan pencucian herba hasil
panen sampai bersih kemudian dikeringkan dengan alat pengering
dengan suhu pengering tidak melebihi 60 °C, atau dapat pula dijemur. 
Proses pengeringan diberhentikan apabila kadar air bahan sudah
mencapai sekitar 4 %.  Simplisia kemudian digiling dan dikemas pada
wadah yang sudah ditetapkan disertai dengan label. 
Persyaratan mutu simplisia berdasar ketetapan MMI   adalah :
-  Kadar abu        :  tidak lebih  19 %
-  Kadar abu tak  larut dalam asam   :  5 %
-  Kadar sari yang larut dalam air   :  tidak kurang  6 %
-  Kadar sari larut dalam etanol   :  tidak kurang  9,5 %

 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar