LAPORAN RESMI AVERTEBRATA AIR


BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Setiap mahasiswa perikanan dituntut untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengamati. Kegiatan mengamati merupakan kunci pemahaman peristiwa-peristiwa yang dilihat dalam praktikum, pengenalan hewan-hewan avertebrata air, pengayaan pengalaman dan pemuasan ingin tahu. Hewan avertebrata yang akan diperiksa dalam praktikum akan berupa awetan (basah maupun kering), ataupun bagian struktur hewan yang mudah dikenali seperti cangkang mollusca. Para mahasiswa perikanan diharapkan dapat mengamati anomalia ataupun variasi-variasi struktural pada hewan tersebut membina kemampuan dalam menafsirkan perbedaan yang tampak antara struktur yang khas yang ditunjukkan hewan tertentu, dibandingkan dengan struktur umum yang berlaku bagi kelompoknya. Sehubungan hal tersebut, maka suatu kuliah praktikum perlu dilakukan agar dapat mengamati hewan-hewan avertebrata di habitatnya dan hal-hal penting yang merupakan ciri khasnya.

B. Tujuan
1.      Praktikan dapat memahami ciri-ciri morfologi, fisiologi yang dimiliki oleh beberapa hewan avertebrata.
2.      Praktikan dapat membandingkan struktur khas yang dimiliki oleh beberapa hewan avertebrata dengan struktur umum yang dimiliki bagi kelompoknya.

C. Manfaat
1.      Praktikan dapat lebih mengenal hewan-hewan avertebrata air, misalnya dalam ciri-ciri morfologi yang dimiliki oleh avertebrata air dalam beberapa filum.
2.      Praktikan dapat lebih jelas dalam menerapkan dasar ilmu teori avertebrata yang dimiliki dalam kehidupan nyata.
3.      Praktikan dapat mengidentifikasi hewan avertebrata air yang dipraktikumkan.

D. Waktu dan tempat
Praktikum Avertebrata Air ini dilaksanakan pada :
Acara I : Asistensi Avertebrata Air
            Hari                 : Sabtu
            Tanggal           : 24 September 2005
            Waktu             : 11.00 – selesai
            Tempat            : Ruang 301
Acara II : Coelenterata
            Hari                 : Senin
            Tanggal           : 27 September 2005
            Waktu             : 13.30 – selesai
            Tempat            : Laboraturium Hidrobiologi
Acara III : Echinodermata
            Hari                 : Senin
            Tanggal           : 4 Oktober 2005
            Waktu             : 13.30 – 2005
            Tempat            : Laboraturium Hidrobiologi
Acara IV : Porifera, Annelida dan Platyhelminthes
            Hari                 : Senin
            Tanggal           : 15 Oktober 2005
            Waktu                         : 13.30 – selesai
            Tempat            : Laboraturium Hidrobiologi
Acara V : Mollusca
            Hari                 : Senin
            Tanggal           : 15 November 2005
            Waktu             : 13.30 – selesai
            Tempat            : Laboraturium Hidrobiologi
Acara VI: Arthropoda
            Hari                 : Senin
            Tanggal           : 22 November 2005
            Waktu             : 13.00 – selesai
            Tempat            : Laboraturium Hirobiologi
Acara VII : Pengesahan
            Hari                 : Minggu
            Tanggal           : 27 November 2005
            Waktu                         : 08.00 – selesai
Tempat            :
BAB III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan
  1. Pinset                                                  1 buah                        
  2. Wadah loyang                                     1 buah
  3. Pensil                                                   2 buah
  4. Buku Laporan                                     1 buah
  5. Hewan Avertebrata                             1 ekor
  6. Penghapus                                           1 buah
  7. Ball point                                            1 buah

B. Cara Kerja
  1. Langkah pertama adalah menulis klasifikasi preparat yang telah disediakan oleh tim asisten dalam buku gambar laporan praktikum.
  2. Langkah kedua kita amati struktur morfologi preparat tersebut.
  3. Langkah ketiga kita gambar preparat tersebut pada beberapa sisi bagian preparat tersebut pada buku gambar praktikum.
  4. Langkah keempat kita mencatat bagian-bagian struktur morfologi preparat tersebut.
  5. Langkah kelima kita mendeskripsikan preparat tersebut berdasarkan morfologi yang ada serta habitatnya, manfaatnya bagi kehidupan dan lain-lain dalam buku gambar laporan.

 










II. TINJAUAN PUSTAKA
A. COELENTERATA

            Coelenterata umumnya berukuran besar sehingga mudah terlihat oleh orang-orang yang berjalan-jalan di pantai dan para pecinta alam pantai yang ingin mempelajari hewan ini. Kedekatannya dengan manusia  di laut ditunjukkan oleh kemampuan sementara kelompok hewan ini yang dapat menyebabkan hancurnya kapal jika tertabrak kumpulan hewan ini, contohnya terumbu karang. Kelompok hewan lain juga dapat menyebabkan kematian orang karena tersengat hewan ini, contohnya Portuguese man o‘war (Hashim, 1993).
Coelenterata adalah golongan plankton yang bersifat carnivora. Hewan ini menagkap mangsanya dengan tentakel yang dilengkapi dengan sel-sel penyengat yang dinamakan nematocyst. Sebenarnya medusa yang umum terdapat di lautan mempunyai ukuran yang besar. Sepintas bentuk mereka hampir menyerupai medusae, tetapi kenyataannya tubuh mereka terdiri dari gabungan beberapa individu (zooid) yang mungkin mempunyai fungsi yang berbeda satu sama lain. Misalnya yang satu berfungsi sebagai alat untuk berkembang biak (Hutabarat, 1985).
Menurut Suhardi (1982), filum Coelenterata (Cnidaria) memiliki beberapa ciri yang antara lain :
-       Tubuh bersifat simetrik radial.
-       Tipe tubuhnya ada 2 macam :
a.       Bentuk polip: hidup berkoloni dan sessile (hidup melekat pada substrat). 
b.      Bentuk medusa : biasa hidup bergerak.
-       Mempunyai nematosis (sel beracun).
-       Rongga pencernaan berbentuk kantong dan bersifat gastrovaskuler, jadi berfungsi ganda di samping berfungsi sebagai tempat pencernaan makanan juga berfungsi sebagai pengedar zat makanan.
-       Mulut dikelilingi tentakel.
-       Belum terdapat anus, kepala dan organ-organ lain.
-       Semua hidup di dalam air, terutama di air laut.
Hewan-hewan dari filum coelenterata umumnya berukuran besar sehingga mudah terlihat. Kelompok hewan ini juga dapat menyebabkan kematian orang karena tersengat hewan ini, contohnya: Portuguese man o’war. Hewan dari filum ini berbentuk simetri meruji. Mempunyai dinding  yang terdiri dari dua lapis sel, yakni bagian luar yang dinamakan endoderma. Hewan ini bersifat diploblastik (diploblastic ;Y :diploos = lipat dua; blastos = tunas), yang berarti dua tunas. Banyak hewan dari kelas Anthozoa mempunyai mesoderma (kulit tengah) yang cukup berkembang. Diantara kedua lapis tersebut terdapat zat kental seperti agar-agar atau mesoglea. Dinding tubuh membungkus satu rongga saja yang disebut selenteron (coelenteron) atau rongga lambung-pembuluh darah (gastrovascular cavity), yang menampung dua proses, pencernaan dan sirkulasi. Coelenterata tidak mempunyai organ khusus untuk respirasi dan eksresi dan tidak mempunyai darah. Ruang pencernaan dengan hanya satu pintu. Beberapa jenis Coelenterata, seperti Hydra, Aurelia, rongga tersebut dimodifikasi sehingga menjadi banyak kantung dan saluran-saluran pencernaan. Semua Coelenterata mempunyai sel penyengat yang dinamakan nematosista (nematocyt), yang menjadi alat untuk menyerang dan mempertahankan diri (Romimohtarto, 2001).
Menurut Wardhana (1990), pembagian kelas dalam Coelenterata terdiri atas tiga kelas, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa. Semua ditandai adanya rongga gastrovaskuler dan nematocyst. Klasifikasi di bawah berdasarkan Dales (198Ia:50-52).
Kelas Hydrozoa
            Bentuk polip ataupun medusa; stadium polip utama, sering bercabang, kadang-kadang membentuk koloni yang polimorfik; stadium medusa (tipe craspedote) berukuran kecil, motil, atau tereduksi, mempunyai gonad epidermal; mesoglea tidak seluler.
Bangsa Trachylina
Terutama bentuk medusa ; stadium polip kecil; bentuk medusa sering mempunyai tentakel submarginal.
Bangsa Hydroida
Fase polip utama ; fase medusa dapat tidak ada.
Sub-bangsa Limnomedusae
Polip telanjang.                                                                             Hydra sp.
Sub-bangsa Anthomedusae
Polip tidak ber-theca; medusa biasanya berbentuk lonceng.        Tubularia sp.
Sub-bangsa Leptomedusae
Polip ber-theca; medusa biasanya berbentuk piring.                     Obelia sp.
Sub-bangsa Chondrophora
Polip membentuk koloni pelagik yang polipmorfik.                      Velella sp.

Bangsa Actinulida
Bentuk interstitial micropolypoid; tidak ada fase medusa.           Halammohydra sp.
Bangsa Siphonopohora
Koloni polimorfik yang pelagik, baik bentuk polip maupun medusa.       Physalia sp.
Bangsa Milleporina
Koloni koral berkapur di perairan tropikal, melepaskan medusa kecil.   Millepora sp.
Bangsa Stylasterina
Koloni koral bercabang dari kapur dari perairan tropikal, pada hakikatnya serupa dengan Millepora, tetapi tanpa medusa.                                                     Stylaster sp.
Kelas Scyphozoa
            Medusa utama, sering berukuran besar dan berumur panjang; fase polip relatif tidak mencolok ; medusa berbeda dari Hydrozoa karena tidak pernah mempunyai velum (tipe acraspedote), dalam manubriumnya sering didapati empat jumbai bibir atau lengan oral (oral arms); gonad berasal dari endoderm, rongga gastrovaskuler terbagi dalam suatu rongga pusat dengan 4 kantung filamen pencernaan (gastric filaments), dan rhopalia atau tentaculocyst berupa tentakel marginal yang tereduksi dan terspesialisasi.
Bangsa Stauromedusae (Laucernalida)
Sesil, bertangkai; mudah dikenali karena manubrium bersegi empat dan mempunyai 8 rhopalia yang tereduksi.                                                            Haliclytus sp.
Bangsa Cubomedusae (Carybelda)
Ubur-ubur tropikal dan subtropikal; umbrella berbentuk kubus dengan tepi sederhana.                                                                                Carybdea sp.
Bangsa Coronatae
Ubur-ubur dengan corona terbenam ataupun alur mengelilingi umbrella.      Atolla sp.
Kelas Anthozoa
            Polip soliter ataupun berkoloni; polip mempunyai delapan tentakel pinnatus; jika ada kerangka maka bersifat spikular (internal), terkadang disertai eksoskelet; susunan septa pada dasarnya oktamer.
Bangsa Stolonifera
Polip tumbuh dari suatu hamparan dasar; jika ada kerangka maka bersifat spikular, atau membentuk bangunan bersusun.                                 Clavuria sp.
Bangsa Telestacea
Koloni sederhana dengan polip baru tumbuh lateral menggantikan polip primer yang sudah lemah; spikula berkapur.                                             Telesto sp.
Menurut Suhardi (1983), pembagian kelas dalam Coelenterata terdiri atas :
Kelas Hydrozoa
-       Tubuh umumnya berbentuk serupa Hidra sp. (polip) tetapi ada beberapa yang berbentuk serupa medusa.
-       Mulut langsung berhubungan dengan rongga pencernaan yang berfungsi sebagai pengedar.
-      Bentuk polip umumnya berkoloni, sedangkan bentuk medusa dengan velum.
-       Contoh : Hydra sp. , merupakan polip air tawar. Obelia sp. , serupa Hydra sp. , berkoloni, hidup di air laut. Pada Obelia sp. dikenal adanya polimorfisme (bentuk lebih dari satu dalam satu individu).
Kelas Scypozoa
-       Bentuk serupa medusa dengan tentakel.
-       Mempunyai mesoglea gelatinosa yang tebal.
-       Rongga pencernaannya membentuk percabangan yang serupa saluran-saluran.
-       Kemungkinan bentuk polip sangat kecil.
-       Sifat kelamin dioseius.
-       Semuanya hidup di laut.
-       Contoh : Aurelia sp. (ubur-ubur): mulut menghadap ke bawah.
Kelas Anthozoa
-       Semua anggotanya berbentuk polip, tidak ada yang berbentuk medusa.
-       Mulut terletak datar dan dihubungkan dengan rongga pencernaan oleh bagian yang disebut stomodeum.
-       Rongga pencernaan terbagi-bagi oleh adanya sekat radialis.
-       Semua hidup di laut dan melekat pada dasar laut.
-       Contoh : Metridium sp.  (Anemon)
     Tubipora sp. (hewan karang)
     Acropora sp. (hewan karang)   



Menurut (Romimohtarto, 2001), Coelenterata terbagi atas beberapa kelas antara lain :
Kelas Anthozoa
            Anthozoa dari kata anthor, yakni kata Yunani yang berarti bunga, karena walaupun kelas ini benar-benar hewan, tapi menyerupai bunga. Termasuk dalam kelas ini adalah karang, anemon laut atau kalamunek, kipas laut (sea fan) dan pena laut (sea pen). Karang terdapat di laut beriklim sedang dan  tropik, sedangkan anemon terdapat di semua lautan. Hewan ini melekat pada substrat, mempunyai tentakel berongga dan sebagian besar hewan berukuran sedang. Makanannya berupa hewan-hewan kecil. Kebanyakan Anthozoa berkembang biak secara seksual dan aseksual. Anemon laut memiliki beraneka warna, umumnya berukuran kecil, hidup di mintakat pasut dan mengambil pasir atau pecahan cangkang keong untuk ditutupkan di badannya sebagai pelindung. Karang Gorgonia termasuk ordo Gorgonacea, yakni jenis berkoloni yang tumbuh dari kerangka sentral atau aksial (axial) atau sumbu. Corallium, adalah karang merah dan kerangkanya dimanfaatkan untuk perhiasan.
Kelas Hydrozoa
            Kebanyakan dari kelompok hewan ini adalah berkoloni. Beberapa jenis Hydrozoa mempunyai nematosista yang kuat dan dapat menyebabkan iritasi dan sakit jika dasar dari kulit kita bersentuhan dengan mereka. Badannya sangat halus, berenda, berbentuk seperti belukar yang melekat pada dasar laut, dan sering di kira alga. Badanya yang rapuh, hidroid biasanya hidup di perairan yang tidak terlalu bergolak. Sangat terkenal adalah Portuguese man o’war hewan ini mempunyai polip pertahanan yang sangat berbisa dengan nematosista yang kuat dan dapat mematikan. Velella adalah marga lain yang umum ditemukan  di laut tetapi tidak menyengat.
Kelas Scypozoa
Hewan ini dikenal sebagai ubur-ubur. Hewan ini bergerak lambat, tak mampu melawan arus kuat. Hewan ini sering digolongkan plankton per definisi. Badannya berbentuk genta, sebagian besar terdiri dari mesoglea yang jernih (jelly). Ukurannya mulai dari dua cm sampai dua meter diameternya dan mempunyai tentakel yang panjangnya dapat mencapai 30 m dan menggantung di bawah tengah genta. Tentakelnya untuk menangkap makanan dan berisi banyak nematosis. Kelamin terpisah, dan perkembangbiakan  seksual terjadi antara medusa jantan dan betina. Ubur-ubur mempunyai beberapa musuh. Yang teramat dikenal adalah iakna matahari (sunfish), mola-mola. Pemangsa ini beratnya sekitar 450 kg, menghanyut sebagai plankton terbesar dan hidup dari ubur-ubur. 
            Pada kelas Anthozoa terdapat Buran laut (panggilan penduduk tempatan). Ada yang menyebut bubuhan, lo’on, lobok-lobok, dan lingatan. Sebenarnya semua ini tergolong dalam famili Buran laut. Pemakan Buran laut berpendapat bahwa rasa hewan ini berlemak, malah lebih sedap dan lembut daripada daging. Pada kelas Scypozoa juga terdapat spesies yang dapat dimakan yaitu  Bulung selawai (Carybdea rastoni). Bulung selawai ini dapat dimakan pada bagian kepala atau badannya saja. Rasa gatal dapat dihilangkan dengan perahan air limau nipis dan lada  (Hashim, 1993).
             Koral dengan kerangka yang keras membentuk terumbu karang. Kerangka mawar laut dan koral dari bermacam warna biasa digunakan perhiasan seperti kalung dan cincin (Yatim, 1994).
B. ECHINODERMATA

Echinodermata berasal dari bahasa Yunani,  echinos artinya duri dan derma artinya kulit. Echinodermata dapat disebut hewan avertebrata berkulit duri (Louist, 1984).
Menurut Hicman (2004), karakteristik Filum Echinodermata :
-          Tubuhnya tidak bersegmen dengan simetris radial, bersegi lima, atau berbentuk bintang dengan lima atau lebih daerah ambulakral, berselang-seling dengan daerah interambulakral.
-          Tidak mempunyai kepala atau otak, beberapa spesies terspesialisasi organ sensorisnya, sistem sensorisnya menggunakan tentakel, podia , pangkal tentakel, fotoreseptor dan statosit.
-          Sistem pencernaannya telah lengkap aksial / bergelung .
-          Tidak memiliki anus.
-          Bergerak dengan kaki tabung dan durinya  yang asalnya dari daerah ambulakral.
-          Pernapasannya dengan dermal branchiae, tube feet, respiratory tree (holothuroidea) dan bursae (Ophiroidea).
-          Tidak memiliki organ eskresi.
-          Tubuhnya simetris bilateral dan radial.
Bentuk tubuh, struktur anatomi dalam dan fisiologi Echinodermata sangat khas. Bentuk tubuh simetri radial lima penjuru. Echinodermata termasuk divisi bilateral. Echinodermata tidak mempunyai kepala, tubuh tersusun dalam sumbu oral-aboral. Tubuh tertutup epidermis tipis yang menyelubungi rangka mesodermal. Rangka didalam terdiri atas ossicle atau pelat-pelat kapur yang dapat digerakkan atau tidak dapat digerakkan. Permukaan tubuh terbagi menjadi lima bagian yang simetris, terdiri atas daerah ambulakral tempat menjulurnya kaki tabung, dan daerah interambulakral (interradii) yang tidak ada kaki tabungnya (Soemarwoto, 1980).
Menurut Suwignyo (1981), phylum Echinodermata antara lain bintang laut, bulu babi dan teripang. Hanya terdapat dilaut umumnya berukuran besar, yang terkecil mempunyai garis tengah satu cm. Terdapat sekitar 5000 spesies. Ciri khas filum ini adalah:
  1. Simetri radial pada lima penjuru, dimana tubuh dapat dibagi menjadi lima bagian dari pusat sumbu. Simetri radial ini merupakan kejadian sekunder, dimana larva pada permukaannya adalah simetris bilateral.
  2. Mempunyai rangka didalam yang terdiri dari astelo kapur.
  3. Mempunyai susunan rongga badan yang khas.
  4. Susunan ekresi tidak ada.
  5. Diocious; saluran reproduksi sederhana; kapulasi tidak ada; pembuahan terjadi di air laut.
Menurut Suhardi (1983) filum Echinodermata  mempunyai lima kelas antara lain :
  1. Kelas Crinoidea
o   Tubuhnya menyerupai bunga .
o   Terdapat keping-keping theka dengan percabangan lengan panjang.
o   Beberapa spesies mempunyai tangkai arah aboral.
o   Tidak mempunyai duri.
o   Kaki tabung kurang mempunyai sucker.
o   Contoh :  Antedon sp. , Metacrinus sp.
  1. Kelas Asteroidea
o   Tubuh bentuk pentagonal (bentuk bintang).
o   Mempunyai skeleton, duri-duri dan terdapat pedikel (alat catut).
o   Mempunyai suklus ambulakral dengan dua atau empat deretan poda (kaki-kaki yang berbentuk tabung).
o   Madreporit aboral.
o   Kebanyakan predator.
o   Contoh :  Asterias sp. , Asterina, Solaster sp.
  1. Kelas Ophiroidea
o   Tubuh dengan diskus sentralis yang jelas dengan lima percabangan.
o   Terdapat dua deretan poda (kaki-kaki bentuk tabung).
o   Tidak terdapat anus.
o   Madreporit di daerah oral.
o   Hidup bebas dan aktif.
o   Hidup di laut.
o   Contoh :  Ophiura sp.
  1. Kelas Echinoidea
o   Tubuh berbentuk hemisferis atau oval.
o   Tidak mempunyai lengan.
o   Mempunyai cangkok yang terjadi dari peleburan keping-keping dengan adanya duri-duri dan pedikel (alat catut).
o   Sistem pencernaan memanjang atau berkelok-kelok.
o   Mulut dan anus mungkin terletak di daerah pusat atau di bagian samping.
o   Contoh :  Arbacia sp. , Strongilocentratus (sea-urchin), Dendroster (sand dollar).
  1. Kelas Holothuroidea
o   Tubuhnya memanjang menyerupai cacing.
o   Dinding tubuh lunak dan licin.
o   Tidak terdapat lengan, duri-duri  maupun pedikel.
o   Mulut terletak di bagian depan di kelilingi oleh tentakel.
o   Saluran pencernaan panjang membentuk huruf S.
o   Anus terletak di bagian belakang.
o   Hidup di laut.
o   Contoh : Holothuria sp. ,Tthyone sp.
Teripang Holothuroidea merupakan kelompok hewan laut satu-satunya dari filum Echinodermata yang secara luas dimanfaatkan dan diperdagangkan. Berbagai jenis teripang dikumpulkan hanya dengan tangan atau menggunakan tombak bermata pisau tiga. Sebelum diperdagangkan, teripang harus diolah dulu melalui proses yang cukup panjang. Hewan ini di rebus, dikeluarkan isi perutnya, dikerik kulitnya. Direbus lagi, dipanggang dan seterusnya Holothuroidea scabra. Sejenis teripang komersial saat ini sedang dicoba dibudidaya di Balai Budidaya Lampung dan dilokasi Penelitian Perikanan Pantai di Gondol, Bali, untuk menghasilkan benih dan sudah berhasil. Namun hasilnya masih belum dapat diharapkan untuk  diterapkan secara komersial dalam waktu dekat (Rominahtarto, 2005).
Holothuroidea dapat dijadikan obat. Masyarakat di pulau Langkawi, “air gamat“ yaitu jus holothuroid merupakan sejenis bahan dalam rawatan tradisional selepas bersalin “minyak gamat” juga digunakan sebagai obat penyembuh luka atau terseleo. Minyak gamat ialah hasil daripada Holothuroid yang telah dimasak bersama-sama dengan santan kelapa sehingga mengeluarkan minyak. Masyarakat Cina memakan Holothuroid untuk mengobati penyakit darah tinggi, asma atau “ampus”, lika dalam (pendarahan dalam badan) dan lemah otot. Terdapat juga kepercayaan di kalangan kaum Cina di Sabah bahwa Holothuroid amat mujarab untuk penyembuhan luka dalam terutama selepas pembedahan dan bersalin, karena penyembuhannya secara perlahan dan tidak drastis (Hashim, 1993).
            Spesies yang dapat dimanfaatkan yaitu teripang yang dapat dijadikan “sup” yang merupakan makanan yang lezat diberbagai tempat. Echinodermata juga berperan sebagai pembersih (Louist, 1984).

C. Porifera, Annelida dan Platyhelminthes

            Porifera berarti pemilik pori-pori atau pore bearers (Y: poros = pori atau saluran; Latin (L): feres = memiliki). Pori-pori dan saluran-saluran ini,air diserap oleh sel khusus yang dinamakan sel leher (collar cell), yang dalam banyak hal menyerupai cambuk. Jenis sel ini lebih pantas dinamakan koanosit (choanocyt; Y: choane = cerobong; kytos = berongga), yakni nama menurut anak-kelompok dari Flagellata, Choanoflagellata. Filum hewan ini lebih dikenal sebagai sepon (Romimohtarto, 2001).
            Porifera adalah hewan multiseluler yang tingkatan evolusinya paling rendah. Hewan-hewan ini dikenal dengan nama populer sepon. Strukturnya bervariasi. Arsitekturnya unik, yaitu berupa sistem saluran air (tipe asconoid, syconoid, dan leuconoid). Klasifikasi hewan filum ini berlandaskan bahan dasar pembentuk spikulanya: kelas Calcarea (spikula berkapur); dan Demospongiae (serat spongin/garam silikat). Anggota kelas Demospongiae meliputi 95% jumlah populasi Porifera, bertipe leuconoid. Dua suku (familia) berhabitat air tawar, selebihnya di laut. Anggota kelas Hexatinellida ditandai spikula yang berjurus enam. Habitatnya mintakat abisal (abyssal) dengan kedalaman 450-900 m. Anggota kelas Calcarea menghuni mintakat neritik sepanjang pantai. Reproduksi anggota filum ini bersifat aseksual (pertunasan dengan gemmulae;pembelahan); ataupun seksual (gametogony) (Wardhana, 1990).
Menurut Romimohtarto (2001), ciri-ciri yang dimiliki Porifera antara lain:
-          Memiliki sistem saluran (canal system) yang bertindak seperti halnya sistem sirkulasi pada hewan tingkat tinggi. Ada tiga macam sistem, yakni yang dinamakan askon (ascon), sikon (sycon) dan ragon (rhagon).
-          Memiliki kerangka yang terdiri dari kapur karbonat atau silikon dalam bentuk spikula atau dari spongin dalam bentuk serat yang kurang lebih erat bersatu.
-          Sel-selnya dikelompokkan menjadi tiga macam, yakni pertama mereka yang tersusun sebagi lapisan kulit, kedua mereka yang berupa lapisan lambung dan ketiag sel-sel amoeba di dalam cairan kental agar-agar di antara lapisan kulit dan lapisan lambung, yakni lapisan tengah.
-          Makanan berupa partikel organik renik, hidup atau tidak, seperti bakteri, mikroalga dan detritus, yang masuk melalui pori-pori arus masuk yang terbuka dalam air, dan dibawa ke dalam rongga lambung atau ruang-ruang bercambuk.
-          Perkembangbiakan secara aseksual dengan menghasikan tunas yang disebut gamul (gammules). Dalam perkembangbiakan seksual, telur dan spermatozoa berasal dari sel-sel amoeba yang berkeliaran di lapisan tengah,seperti pada lapisan sikon.
Menurut Suhardi (1983), Porifera berdasarkan macam zat yang menyusun skeleton dibedakan menjadi tiga kelas antara lain ;
  1. Kelas Calcarea (Sepon berkapur)
-          Spikula dari bahan kapur ( CaCo3 ).
-          Hidup di dalam air laut.
-          Panjang tubuh kurang dari 18 cm.
-          Spikula berujung satu, tiga atau empat.
-          Dijumpai adanya tipe askon, sikon, dan leukon.
-          Contoh; Leucosolenia sp. , Scypha sp.
  1. Kelas Hexactinellida (sepon bersilikat)
-          Spikula dari bahan silikat.
-          Bentuk tubuhnya bermacam-macam seperti silindris.
-          Spikula umumnya bercabang enam.
-          Dijumpai tipe sikon dan leukon.
-          Hidup di laut, umumnya ditemui pada kedalaman 200-5000 m.
-          Contoh ; Hyalonema sp. , Hexactinelida sp. , Euplectella sp.
  1. Kelas Demospongia
-          Skeleton dari bahan silikat atau spongin atau dari kedua-duanya, tidak ada sama sekali.
-          Sistem salurannya kompleks (tipe leukon).
-          Merupakan kelas yang paling besar jumlah spesiesnya.
-          Spikula silikat berujung satu sampai empat atau serabut spongin.
-          Contoh ; Cliona sp. , Suberites oscarella, Spongia sp. ,Spongilla sp., Halichondria sp. 
            Pada umumnya Porifera tidak ada yang merugikan. Sebagian spesiesnya bersifat menguntungkan, misalnya Spongia sp. Sisa sponsnya dapat digunakan untuk alat penggosok atau pembersih kaca (Hashim, 1993).
            Klasififikasi yang diberikan di bawah ini berdasarkan Hyman (1994), sebagai mana dikutip Cox (1981b: 44-45). Kelemahan utama klasifikasi tersebut adalah landasannya yang bertolak dari bentuk spikula: seseorang tidak akan dapat mengidentifikasi sepon secara tepat sebelum memeriksa spikulanya. Padahal, spikula sangat sukar diidentifikasi. Namun, dengan beberapa penyederhanaan maka klasifikasi di bawah memadai, tanpa harus melakukan pemeriksaan merenik terhadap spikulanya (Wardhana, 1990).
Menurut Wardhana (1990),  terdiri atas beberapa kelas antara lain :
Kelas Calcarea
Kerangka dari spikula berkapur.
Bangsa Homocoela                                                                Leucosolenia sp.
Lapisan dalam sel-sel berflagela (flagelata cells) berkesinambungan.
Kelas Hexactinellida                                                                          Sycon sp. : Grantia sp.
Kerangka spikual berjurus enam dari silika (yang dapat termodifikasi).
Bangsa Hexasterophore                                                         Eupletella sp.
Mempunyai heksaster (yaitu spikula dengan jurus bercabang); tidak mempunyai amphidisc (spikula dengan poros tunggal dengan ujung seperti jamur payung).
Bangsa Amphidiscophora                                                      Hyalonema sp.
Mempunyai amphidisc; tidak punya heksaster.
Kelas Demospongiae            
Kerangka berspikula silika, tidak berjurus enam (biasanya berjurus empat), atau berspikula spongin, kedua-duanya.
Subkelas Tetractinellida
Kerangka spikula berjurus empat dari silika atau tanpa spikula; tidak ada spikula spongin.
Bangsa Myxospongida                                                           Oscarella sp.
Tidak berspikula.        
Bangsa Carnosa                                                                     Plakina sp.
Ada spikula, semua berurutan sama
Bangsa Choristida                                                                  Stelletta sp.
Ada spikula : besar (megasclere) dan kecil (microclere).
Subkelas Monoxonida
Kerangka berspikula dua jurus
Bangsa Hadromerina
Megasclere lebar berujung menebal; jika ada, microsclere berbentuk seperti bintang; tak ada spongin.                                                        Spheciospongia sp.

Bangsa Halichoudrina
Megasclere ada dua macam atau lebih; sedikit spongin.                     Halichondia sp.
Bangsa Poecilosclerina
Megasclere ada dua macam yang saling dihubungkan spongin.         Mycilla sp.
Bangsa Haplosclerina
Megasclere hanya satu macam; ada spongin.        Haliclona sp. ; Spongilla sp.
Subkelas Keratosa
Kerangka dari spongin; tidak ada spikula.                                          Spongia sp.
Beberapa jenis dari Porifera yaitu spons laut seperti spons jari berwarna orange, Axinella Canabine, diperdagangkan untuk menghias akuariumair laut; ada kalanya di ekspor ke Singapura dan Eropa. Jenis spons dari famili Clionidae mampu mengegor dan menembus batu karang dan cangkang molusca yang berserakan di tepi pantai. Ada pula spons yang tumbuh pada kerang-kerangantertentu dan mengganggu peternakan tiram (Suwignyo, 2005).
Filum Platyhelminthes (Y: platy = pipih; helmins = cacing) meliputi kelompok yang mula-mula dimasukkan ke dalam kelompok hewan-hewan seperti cacing dalam satu filum yang dinamakan Vermes. Kini merupakan filum terpisah. Kelompok ini dikenal  sebagai cacing pipih karena bentuknya yang pipih atas bawah (Romimotarto, 2001).
Menurut Romimohtarto (2001), hewan ini memiliki beberapa ciri antara lain :
-          Tubuhnya tidak beruas, triploblastik, simetris bilateral.
-          Hermaprodit.
-          Belum mempunyai rongga tubuh (selom/coelom).
-          Mulutnya terletak di bagian bawah dan di tengah tubuhnya, tidak di ujung tubuh seperti kebanyakan hewan.
Menurut Suhardi (1983), filum Platyhelminthes terbagi menjadi 3 kelas antara lain :
  1. Kelas Turbellaria
o   Cacing pipih yang hidup bebas,tidak bersifat parasit.
o   Epidermis bersilia dan terdapat banyak kelenjar lendir.
o   Tidak terdapat suker (alat pelekat/alat penghisap).
o   Mulut umumnya terdapat di bagian perut.
o   Hidup di air laut, di dalam air tawar atau di darat.
o   Contoh : Anaperus sp. , Planaria sp. , Pipalium sp.

  1. Kelas Trematoda
o   Tubuhnya berbentuk seperti daun.
o   Kutikula tebal tanpa silia.
o   Mempunyai suker terletak pada daerah perut.
o   Mulut di bagian depan.
o   Saluran pencernaan bercabang-cabang.
o   Semua anggotanya hidup parasit.
o   Contoh : Fasciola sp. , Clonorchis sp. , Schistosoma sp.
  1. Kelas Cestoda.
Ø  Tubuhnya pipih, kecil, panjang.
Ø  Mempunyai suker.
Ø  Tubuh terdiri atas rantai proglotid (pseudosegmen).
Ø  Tiap-tiap proglotid telah dilengkapi alat reproduksi.
Ø  Kutikula tebal, tidak bersilia.
Ø  Tidak mempunyai mulut dan saluran pencernaan makanan.
Ø  Semua anggotanya hidup parasit.
Ø  Contoh : Taenia sp. , Echinococcus sp. , Moniezia sp. 
            Annelida (L; annulus = cincin; Y; eidos = bentuk) berbeda dengan kelompok-kelompok cacing yang lain. Annelida menguasai komunitas cacing yang hidup di pantai laut. Mereka dapat dikenal dari tubuhnya yang panjang dan bergelang-gelang. Setiap gelang atau ruas terkait dengan satu kompartemen atau ruang didalam tubuhnya (Romimohtarto, 2001).
            Hewan filum Annelida (latin: annul- atau annelus = cincin atau gelang: Yunani: eidos = bentuk) dikenal sebagai cacing gelang. Tubuh anggota filum ini (coelomata; ca.9000 jenis) bersegmen, dengan metamerisme sebagai ciri utamanya: pembagian rongga tubuh, sistem persyarafan, peredaran darah dan sistem eksresinya metamerik. Saluran pencernaan lengkap (mulut-usus-anus), berbentuk tabular, memanjang sumbu tubuh. Respirasi dengan epidermis ataupun insang (pada cacing tabung, misalnya) pada somit tertentu. Organ reproduksi hermaprodit (kelas Oligochaeta dan Hirudinea), dengan hewan langsung berbentuk hewan dewasa ;atau berumah dua (kelas Archiannelida dan Polycheta), dengan melalui fase larva trokofor (trochophore).  (Wardhana, 1990)

Menurut Romimohtarto (2001), Annelida memilki beberapa perbedaan dengan cacing yang lain :
A.    Tubuhnya dibagi ke dalam satu deretan memanjang ruas-ruas serupa metamer atau somit, yang kelihatan dari luar karena adanya cekungan yang mengelilingi tubuh dan kelihatan dari dalam karena adanya sekat yang dinamakan septa.
B.     Rongga tubuh antara saluran pencernaan dan dinding tubuh merupakan dinding tubuh yang sebenarnya.
C.     Hewan ini mempunyai satu ruas pra-oral yang dinamakan prostomium.
D.    Sistem saraf terdiri dari satu pasang ganlian pra-oral dorsal, otak, dan satu pasang benang saraf ventral khas dengan satu pasang ganglian dalam setiap ruas.
E.     Kutikula bukan dari bahan kitin. Permukaan tubuh ada yang dilengkapi dengan bulu-bulu kitin atau bulu kaku. 
Menurut Suhardi (1983), Filum Annelida mempunyai ciri-ciri antara lain :
¨Tubuh panjang bersegmen terdapat rambut (setae) untuk bergerak.
¨Saluran pencernaan lengkap dan berbentuk tubiler.
¨Otot melingkar memanjang dan berkembang baik.
¨Selom biasanya lebar.
¨Sistem peredaran darah tertutup.
¨Hidup di air laut, air tawar atau di darat. 
Menurut Suhardi (1983), Pada Annelida mempunyai 4 kelas yaitu :
A. Kelas Archiannelida
Ø  Tubuh kecil bersegmen terutama segmentasi internal.
Ø  Tidak terdapat setae (parapoda).
Ø  Sifat kelamin diesius.
Ø  Hidup di laut.
Ø  Contoh ; Polygardius sp.
B. Kelas Polychaeta
Ø  Segmentasi jelas dengan banyak somit (segmentasi internal dan eksternal).
Ø  Mempunyai banyak setae, juga terdapat banyak porapoda.
Ø  Bagian kepala dapat dikenal dengan adanya tentakel.
Ø  Tidak mempunyai klitellum.
Ø  Sifat kelamin diesius.
Ø  Hidup di laut.
Ø  Contoh ; Neanthes sp. , Serpula sp. , Nercis sp.
C. Kelas Oligochaeta
Ø  Segmentasi tubuh jelas.
Ø  Setae sedikit setiap somit.
Ø  Sifat kelamin monoseous.
Ø  Sebagian besar hidup di air tawar dan di tanah.
Ø  Contoh ; Chaetogaster sp. , Tubifex sp. , Lumbricus sp.
D. Kelas Hirudinea
Ø  Tubuh agak pipih, segmentasi tidak begitu jelas,tubuh bagian luar terbagi-bagi menjadi beberapa annulus.
Ø  Tidak terdapat setae, tentakel dan parapoda.
Ø  Selom terisi jaringan penghubung dan otot-otot.
Ø  Sifat kelamin hermaprodit (monoseous) .
Ø  Hidup di air laut, di air tawar atau di tanah.
Ø  Contoh ; Hirudo sp. , Haemadipsa sp.
Annelida disebut juga cacing beruas. Tubuh luar dalam beruas-ruas atau segmen. Inilah cacing yang termaju . saluran pencernaan terbagi-bagi lengkap menyerupai saluran pencernaan vertebrata. Lapisan otot di bawah kulit , tebal perlu untuk berpindah tempat. Cacing ini berjalan merayap dengan bantuan kaki samping (parapodia), semacam tonjolan otot di samping tubuh dan berbulu keras unuk mengkaitkan tubuh. Ada yang hidup bebas ; ada yang parasit dengan melekat ke kulit dan menghisap darah (Yatim, 1994).
            Cacing Annelida Amphitrite mempunyai peran sebagai hewan pemakan deposit selektif bahan organik. Cacing pasir laut Arenichola marina, merupakan pemakan deposit nonselektif (Sugiri, 1999).

D. MOLLUSCA

            Mollusca berasal dari kata mollis yang berarti lunak. Hewan yang termasuk filum ini tubuhnya lunak, tidak beruas-ruas, dan tubuhnya ditutupi oleh cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, tetapi adapula yang tidak bercangkang. Mollusca hidup di laut. Simetri tubuhnya bilateral. Tubuhnya dapat mengeluarkan lendir untuk membantu berjalan. Reproduksi terjadi secara seksual dengan fertilisasi internal (Romimohtarto, 2001).
            Filum Mollusca adalah hewan bersimetris bilateral, bertubuh lunak, dan tidak bersegmen. Kebanyakan anggotanya mempunyai cangkang yang terbuat dari zat kapur dengan bentuk yang amat beragam. Cangkang dapat terletak diluar atau didalam tubuh. Cangkang pada umumnya kecil, terbuat dari zat kapur ataupun khitin. Jenis-jenis tertentu bahkan tidak bercangkang sama sekali (mollusca telanjang). Sisi ventral tubuh terdapat otot atau kaki yang berguna sebagai sebagai alat gerak, sedangkan bagian dorsal diselubungi oleh cangkang (jika ada) yang melindungi organ-organ internal atau viseral. Organ reproduksi hermaprodit (monoceous) ataupun dioecious, dengan fertilisasi internal ataupun eksternal. Klasifikasi anggota filum Mollusca didasarkan perbedaan anatomi/morfologi cangkang, kepala, kaki, alat reproduksi, dan sistem syaraf. Mollusca hidup di lingkungan beragam; perairan bahari, payau, tawar, dan darat. Kebanyakan anggotanya hidup bebas, ada juga yang parasit, komensal, dan simbiotik (Wardhana, 1990).
Menurut Romimohtarto (2001), berdasarkan simetri tubuh, bentuk kaki, cangkok, mantel, insang dan sistem syarafnya Mollusca dibagi  atas lima kelas, yaitu :
  1. Kelas Amphineura
  2. Kelas Scapopoda
  3. Kelas Gastropoda
  4. Kelas Cephalopoda
  5. Kelas Pelecypoda
Menurut Wardhana (1990), filum ini dibagi menjadi tujuh kelas antara lain :
  1. Aplacophora (ca. 250 jenis), yaitu Mollusca dengan bentuk tubuh seperti cacing, tidak mempunyai kepala, kaki maupun cangkang.
  2. Monoplacophora (ca. enam jenis), yaitu Mollusca purba dengan cangkang berbentuk kerucut.
  3. Polyplacophora (ca. 600 jenis), yang ditandai oleh adanya delapan buah lempengan cangkang.
  4. Scaphopoda (ca. 350 jenis), yang cangkang berbentuk tanduk dengan kedua ujungnya terbuka.
  5. Gastropoda (ca. 40.000 jenis), yaitu Mollusca bercangkang tungggal dengan bentuk beragam, walau ada yang tanpa cangkang.
  6. Cephalopoda (ca. 650 jenis), bercangkang internal atau tanpa cangkang, kecuali Nautilus sp. yang masih bercangkang eksternal.
            Molluca adalah binatang yang berukuran relatif besar yang hidup pada dasar perairan. Gastropoda yang merupakan salah satu hewan dari grup ini adalah plankton sejati yang bersifat pelagik. Kebanyakan mollusca dapat dikenal dari cangkang (shell) yang mengandung zat kapur (calcareous). Shell ini kadang-kadang tidak dapat dijumpai pada beberapa spesies. Gastropoda cenderung untuk mengkerut dan melingkar di dalam awetan yang membuat mereka sulit untuk dikenal (Hutabarat, 1986).
Mollusca sering disebut hewan berbadan lunak, meliputi kerang siput, kiton, cumi-cumi, sotong dan sebagainya. Hewan yang tergolong mollusca mempunyai kaki sebagai alat lokomosi. Kaki ini memperlihatkan modifikasi pada filum ini. Filum ini mempunyai arti penting dalam ekonomi (Sugiri, 1989).
Larva kelompok hewan ini, yang tergabung dalam filum mollusca, biasa terdapat dalam jumlah terbesar di perairan tropik. Bentuknya beraneka ragam. Kelompok yang akan diterangkan contohnya cumi-cumi dan sotong yang merupakan hewan pelagik dan digolongkan sebagai nekton, sedangkan gurita adalah hewan dasar laut tetapi dapat berenang. Gurita biasa bersembunyi di dalam gua-gua karang. Ketiga hewan ini terasuk Cephalopoda. Plankton sering kita jumpai anak cumi-cumi dan sotong. Bentuknya sudah mirip induknya. Telur-telurnya juga sering dijumpai dalam plankton dan mudah dikenali karena didalamnya terdapat anak hewan yang dapat dilihat (Romimohtarto, 2004).
GASTROPODA
Menurut Hutabarat (1986), memiliki sifat-sifat umum antara lain :
  1. Kepala menunjang tentakel yang berbentuk khas.
  2. Banyak spesies yang mempunyai cangkang (shell) yang terdiri dari zat kapur.
CEPHALOPODA
Menurut Hutabarat (1986), memiliki sifat-sifat umum antara lain :
1.       Kepala dapat jelas dilihat yang menunjang tentakel yang berfungsi sebagai alat penghisap mangsa.
2.       Mata besar dan mempunyai susunan yang kompleks.
Kerang Air Tawar
            Kerang air tawar, terdapat di kolam, danau, atau di kali, merayap di dasar air yang mengandung kapur. Makanannya terdiri atas algae, diatom, dan sebagainya. Umur dapat mencapai beberapa tahun. Tubuh diseliputi oleh cangkang yang terdiri dari dua bagian. Dorsal kedua cangkang tersebut saling dihubungkan oleh ligamen. Ligamen depan terdapat bagian yang membesar ialah Umbo. Terdapat dua macam gigi, yaitu gigi kardinal yang pendek dan gigi lateral yang panjang terletak posterior dari gigi kardinal. Cangkang dari luar ke dalam terdiri atas tiga lapis yaitu lapisan periostrakum berwarna hitam, lapisan primatikum dan lapisan mutiara. Alat respirasi adalah insang. Jantung terdiri atas dua aurikel (atrium) dan sebuah ventrikel. Alat eksresi ialah nefridium (ginjal). Sistem syaraf terdiri atas tiga pasang ganglion yaitu ganglion anterior terletak ventral dari lambung, ganglion pedal dalam kaki dan ganglion posterior  terletak ventral otot aduktor posterior (Sugiri, 1989).
Kerang Hijau (Mytilus viridis)
            Mytilus viridis (Perna viridis) dikenal sebagai kerang hijau. Kerang ini termasuk filum Mollusca, kelas Peecypoda, suku Mytilidae. Kerang hijau banyak dijual dipasar-pasar ikan dekat pendaratan ikan seperti di Muara Angke, Jakarta, sebagai makanan sehari-hari. Kerang hijau pada umumnya dioecious, yaitu induk jantan dan betina terpisah. Pembuahan telur terjadi di luar tubuh, di perairan terbuka. Budidaya kerang hijau sudah dikembangkkan di Malaysia, Singapura, dan Filipina. Singapura umumnya menggunakan metode rakit, sedang Filipina menggunakan metode bambu tancap. Percobaan budidaya kerang hijau dengan bambu tancap dan tali gantung telah dirintis pusat Penelitian Oseanografi (waktu itu bernama Puslitbang Oseanologi) – LIPI bekerja dengan PT Gelanggang Samudera Jaya Ancol Jakarta di perairan Ancol. Percobaan tersebut diketahui bahwa kecepatan tumbuh rata-rata kerang hijau satu cm per bulan, dengan produksi sekitar 100 ton per hektar. Budidaya yang dilakukan Balai Penelitian Perikanan Laut Jakarta di perairan Banten, menggunakan tali gantung, menghasilkan kerang hijau 500 ton per hektar. Budidaya kerang hijau di Indonesia dengan sistem collector (kolektor), yakni alat pengumpul benih tiram berupa bambu tancap atau tali gantung di bawah rakit, kini telah memasyarakat di Teluk Banten maupun Teluk Jakarta dan daerah-daerah lain tempat benih (spat) kerang hijau terdapat secara alami (Romimohtarto, 2004).


Tiram Mutiara
            Tiram Mutiara merupakan salah satu mollusca laut, dengan tubuh dilindungi atau ditutupi oleh sepasang cangkang, termasuk kelas Bivalvia dan famili Pteriidae. Keluarga tiram yang dikenal sebagai penghasil mutiara dengan kualitas tinggi adalah genus Pinctada dan Pteria. Morfologi tiram mutiara memiliki sepasang cangkang yang tidak sama bentuknya (inequivalve). Cangkang sebelah kanan agak pipih dan cangkang kiri lebih cembung. Kedua cangkang tersebut pada bagian punggung (dorsal) dihubungkan dengan sepasang engsel (hinge), sehingga cangkang dapat membuka dan menutup. Beberapa jenis tiram mutiara yang terdapat di perairan Indonesia adalah Pinctada maxima, P.margaritifera, P.pucata, P.chemnitzi, Pteria penguin (Sujiharno, 2001).
Sotong
            Cephalopoda yang umum dikenal adalah cumi-cumi, sotong, dan gurita. Sepioteuthis lessoniana (sotong buluh) bernilai di pasar internasional. Kebutuhan akan sotong buluh masih mengandalkan hasil tangkapan di laut. Sepioteuthis lessoniana termasuk filum Mollusca, kelas Scaphopoda (Romimohtarto, 2004).
Menurut Hashim (1993), kelas-kelas pada filum Mollusca memiliki beberapa manfaat antara lain :
Kelas Gastropoda
  1. Acmae cf. saccharina (kahukub). Orang Suluk menggunakan kulitnya yang telah dibakar dan dicampur dengan minyak ikan (minyak kelapa) untuk mengobati sakit urat atau lenguh, yaitu dengan cara mengurut.
  2. Haliotis pustulata (lepas atau siput sembilan lubang). Orang Suluk atau Ubian percaya dapat mengobati bisul yang belum bernanah. Kulit lepas perlu diasah pada batu dan debunya disapu pada bisul.
Kelas Bivalvia
  1. Ostrea sp. Kulit tiram ini dijadikan debu untuk menghilangkan parut luka.
  2. Venus sp. Orang Suluk dan Ubian menjadikan kerang ini sebagai obat untuk merawat ibu bersalin. Susu mudah keluar jika isinya dimakan.

E. ARTHROPODA

           Arthropoda (Y:arthron = sendi; pous = kaki) merupakan kelompok terbesar di antara seluruh dunia hewan. Namanya berasal dari kakinya yang bersendi. Meskipun kelompok ini mencakup luwing, kelabang, laba-laba, serangga, dan udang-kepiting, dalam biologi laut hanya ada tiga kelompok taksonomi yang mendapat perhatian, yakni Crustacea, Pycnogonida, dan Arachnida. Sifat umum kelas ini mencakup kerangka luar keras dari kitin, yakni polisakarida (polysacharida) majemuk, suatu jenis karbohidrat. Cangkang ini dihasilkan oleh epidermis dan karena sifatnya yang tak elastis jika mengeras, ia harus ditanggalkan secara berkala untuk memungkinkan hewan tumbuh. Sifat umum yang terpenting dan berlaku untuk semua anggota kelompok Arthropoda dan khas filum ini ialah adanya embelan tubuh yang bersendi (jointed appendages) dan bebas dari bulu getar. Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan tubuhnya terdiri dari ruas-ruas yang tersusun secara linear berurutan. Masing-masing ruas atau pada beberapa ruas melekat embelan tubuh. Tubuh tertutup kerangka luar dari kitin yang elastis pada bagian-bagian pergerakan sendi. Meraka mempunyai sistem syaraf jenis Annelida, mempunyai rongga tubuh yang sempit pada hewan dewasa dan rongga tubuh ini terisi darah (karenanya dinamakan homosoel/haemocoel) (Romimohtarto, 2001).
           Anggota kelas Crustacea (ca. 44.300 jenis) pada umumnya merupakan hewan akuatik. Pembagian tubuh sudah jelas, terdiri atas bagian kepala, dada, dan perut. Bagian kepala merupakan penyatuan lima buah segmen. Bagian kepala dijumpai sepasang antenula, sepasang antena, sepasang mandibula dan dua pasang maksila. Bagian dada yang terdiri atas delapan segmen terdapat tiga pasang maksilleped, sepasang chelliped, dan empat pasang periopod. Bagian abdomen (enam segmen) dijumpai adanya lima pasang pleopod dan sepasang uropod. Udang jantan, pasangan pleopod satu dan dua bersatu dan disebut gonopod, yang berfungsi untuk menyalurkan spermatozoa. Udang betina, pada segmen ke-11 terdapat penebalan lubang kelamin yang disebut thelycum. Jenis-jenis yang hidup di darat umumnya membuat lubang dan ada jenis-jenis tertentu yang hidup di puncak pohon. Kehidupan yang dijalaninya juga amat beragam; sebagai plankton, bentos, simbion, epizon, dan parasit (Wardhana, 1990).
Menurut Hutabarat (1986), anggota kelas Crustacea ini sangat mudah dikenal diantara anggota-anggota plankton yang lain, baik larva ataupun dewasa. Kelompok Copepoda adalah yang paling banyak jumlahnya . Diperkirakan terdapat delapan kelompok plankton, yaitu :
1.      Cladocera
2.      Ostracoda
3.      Copepoda, yang terdiri dari :
a.       Monstrilloida;
b.      Harpacticoida;
c.       Cyclopoida;
d.      Calanoida;
4.      Cumacea
5.      Sergestidae
6.      Mysidacea
7.      Amphipoda
8.      Euphausida
Menurut Romimohtarto (2004), pembagian kelas pada Crustacea antara lain :
Anak kelas :
1.      Entomostraca (entoma = serangga; ostracon = cangkang)
a.       Branchiopoda (branchia = serangga; podos = kaki)
Cladocera (klados = cabang; keras= tanduk)
Contoh : Evadne sp. dan Pododn sp.
b.      Ostracoda (ostracon = cangkang)
Myodocopa
      Contoh : Conchoecia sp.
c.       Copepoda (kope=datung ; pous=kaki)
i.                    Gymnoplea (gymnos= telanjang)
Contoh : Calanus sp. dan Euchaeta sp.
ii.                  Podoplea (pous=kaki)
Contoh : Oithona sp. dan Corycaeus sp.
d.      Cirripedia (cirrus=ikal)
Thoracica
Contoh : Balanus sp. dan Lepas sp.
2.      Malacostraca (malakos=lunak)
i.                    Peracarida (pera=kantung; caris=udang)
Mysidacea
Contoh : Mysis sp.
Cumacea (kyma=ombak)
Contoh : Diastylis sp.
Amphipoda (dengan dua macam kaki)
- Gammaridea, contoh : Gammarus sp.
- Hyperidea, contoh ; Hyperia sp.
- Caprellidea, contoh : Caprella sp.
ii.                  Eucarida (eu=betul,udang betul)
Euphausiacea (phausis=sinar bercahaya)
Contoh : Thysanopoda sp.
Decapoda (deca=depuluh ; pous=kaki)
- Natantia (jenis berenang)
Penaeiden (berbentuk udang)
Penaeidea
Contoh : Penaeus sp.
Sergestidae
Contoh : Acetes sp. , Sergestes sp. , Lucifer sp.
Caridea (udang betul)
Contoh : Hyppolyte sp.
- Reptantia (jenis merayap)
Palinura (udang laut)
Contoh : Panulirus sp.
Astacura (lobster)
Anomura (kelomang dll.)
Contoh ; Pagurus sp.
Brachyura (kepiting)
Contoh ; Portunus sp.
iii.                Haplocarida (Stomatopoda)
Contoh ; Squilla sp.
           Semua kelompok Crustacea di atas, Decapoda tidak memiliki jenis dewasa yang benar-benar berenang atau menjadi bagian dari masyarakat plankton, kecuali mereka dari suku Sergestidae. Ada juga jenis udang merah dari kelompok Caridea yang hidup di lingkungan pelagik laut jeluk atau dikenal sebagai lingkungan batipelagik. Entomostraca yang pertama dalam urutan klasifikasi adalah Branchiopoda. Spesies ini merupakan Crustacea yang sangat primitif dan sebagian besar mendiami perairan tawar, kubangan-kubangan air asin atau danau. Hanya ada satu anak-kelompok atau ordo yang benar-benar hidup dilaut, yaitu Cladocera sp. Semua hewan dari ordo ini bermata majemuk yang besar dan sangat khas, serta merupakan penggabungan dua mata dari masing-masing sisi (Romimohtarto, 2004).
           Bagian terbesar dari organisme zooplankton adalah anggota filum Arthropoda dan hampir semuanya termasuk kelas Crustacea. Copepoda yang sangat dominan, dalam crustacea holoplanktonik juga terdapat anggota-anggota ordo Cladocera, subkelas Ostracoda, ordo Mysidacea, ordo Amphipoda, ordo Euphausiacea, dan ordo Decapoda. Kebanyakan crustacea yang disebutkan ini adalah hewan-hewan holoplanktonik yang kecil. Data yang diperoleh menujukkan bahwa di palung-palung (zona hadal) lebih banyak ditemukan berbagai crustacea perikaridea, polikaeta dan lain-lain. Hanya terdapat sedikit informasi tentang pakan organisme perairan tengah, tetapi informasi tentang pakan ikan dan crustacea dari ordo Decapoda cukup memadai. Penelitian-penelitian tentang pakan ikan-ikan perairan tengah terutama dipusatkan pada famili dengan jumlah individu banyak, yaitu Mytocphidae, Gonostomimatidae, dan Sternoptychidae. Crustacea tingkat tinggi, misalnya kepiting, pengaturan osmosisnya berkembang dengan baik. Kombinasi antara permeabilitas tubuh yang sangat terbatas karena adanya kerangka luar, dengan kemampuan yang menonjol untuk mengatur konsentrasi ion cairan tubuhnya, mungkin merupakan alasan akan keberhasilannya hidup di euaria (Nybakken, 1992).
Menurut Hutabarat (1986), Cladocera memiliki sifat-sifat umum :
1.      Ruas-ruas tubuh tampak tidak jelas.
2.      Bentuk kulit luar (carapace) sebagai sebuah tutup yang berkelopak dua (bivalve shell) menutup bagian tubuh saja, tidak sampai bagian kepala.
3.      Mempunyai empat sampai enam pasang lengan renang (swimming limbs).
4.      Antenna besar dan bercabang menjadi dua yang digunakan sebaai alat untuk bergerak.
5.      Pada yang betina terdapat kantung induk (brood pouch) dimana telur-telur dihasilkan.
6.      Hewan berukuran kecil yang biasanya mempunyai panjang berkisar antara 0,5 sampai satu mm.
Menurut Hutabarat (1986), Ostracoda memiliki sifat-sifat umum :
  1. Ruas-ruas tubuh tampak tidak jelas.
  2. Kulit luar (carapace) berbentuk seperti sebuah tutup yang berkelopak dua (bivalve shell) yang menutupi tubuh dan kepala.
  3. Kulit (shell) biasanya mengandung zat kapur (calcareous) yang kadang-kadang membentuk potongan-potongan kapur putih yang tebal dan menyebar di atasnya. Jenis yang lain mempunyai kulit yang terdiri dari zat kapur yang tipis, sehingga kelihatan agak jernih (semi transparent).
  4. Lengan renang (swimming limb) jumlahnya tidak lebih dari dua pasang.
  5. Baik antenna maupun antennula mempunyai ukuran besar dan alat ini digunakan untuk bergerak
Pembagian kelas menurut Wardhana (1990), yang dikutip dari Green (1981b; 262 – 265) antara lain :
Kelas Crustacea
            Dua pasang antenna pre-oral; paling sedikit tiga pasang alat tubuh post-oral berfungsi sebagai rahang; beberapa di antara struktur-struktur tersebut dapat tidak ada atau sama sekali hilang pada hewan dewasa jenis-jenis yang parasitik.
Subkelas Branchiopoda
Anggota tubuh biasanya filopodus (phyllopodous), antenula sederhana dan tereduksi, mandibula tanpa palpus, maksila tereduksi ataupun tidak ada.
Bangsa Anostraca
Tidak memiliki karapaks, mata bertangkai, pada hewan jantan antena prehesil, pada hewan betina tereduksi; anggota tubuh 11 atau 19 pasang; telur dibawa dalam kantong median di ujung posterior dada.                Artemia sp.
Bangsa Notostraca
Memiliki karapaks berbentuk tapal kuda, mata sesile, antena kecil, dan tidak berkembang (vestigal), anggota tubuh banyak (mencapai jumlah 70 pasang)                                                                                      Lepidurus sp.
Subkelas Cephalocarida
Karapaks kecil, menutupi segmen pertama tubuh; anggota tubuh tipe podomere; endopod tiga, eksopod dua; telur melekat di bawah somite kesepuluh.                                      Huchinsoniella sp.
Subkelas Mystacocarida
Tidak memiliki karapaks, tubuh menyempit; antenula dan antena berkembang baik; mandibula memiliki eksopod besar; anggota tubuh bagian dada tereduksi menjadi sebuah podomer dengan setae di ujungnya; ramus ekor (caudal rami) kuat, seperti cakar, bersetae.                                                                                                                 Derochelocaris sp.
Subkelas Copepoda
Tidak memiliki karapaks, antenula uniramus, mandibula memiliki palpus; khas memiliki sembilan somit tubuh dan enam pasang anggota tubuh (sering kurang dari jumlah itu); sejumlah angggotanya yang parasitik tidak menunjukkan ciri tersebut.                Calanus sp. 
Subkelas Ostracoda
Karapaks membentuk cangkang setangkup; memiliki tidak lebih dari lima pasang anggota tubuh yang dibelakang mandibula; mandibula memiliki palpus.                                              Cythere sp.
Subkelas Brachiura
Tubuh memipih, karapaks besar menyatu dengan dada; sepasang mata majemuk yang sesile; alat mulut suktorial, membentuk probosis; maksila pertama sering membentuk pengisap; perut pendek , bilobus; empat pasang kaki renang biramus; dikenal sebagai kutu air (fish lice).                                                                                                                                       Argulus sp.
Subkelas Cirripedia
Hewan dewasa sesile; karapaks membentuk mantel meliputi tubuh dan alat tubuh, acapkali berlempeng kapur ; antenula vestigial; tidak memiliki antena; hewan yang berenang bebas biasanya memiliki enam pasang alat tubuh yang membentuk siri memanjang yang berbulu; biasanya herpmaprodit; stadium larva termasuk Nauplius sp.  dan Cypris sp.
Subkelas Malacostraca
Anggota tubuh terbagi dalam tiga tagmata: lima di kepala, delapan di dada, dan enam di perut; sepasang mata, bertangkai atau sesile; bukaan kelamin betina di segmen dada keenam, bukaan kelamin jantan di segmen dada kedelapan.
Bangsa Decapoda (Divisi: Eucarida)
Tiga anggota tubuh bagian awal dada termodifikasi menjadi maksiliped; beberapa rangkaian insang melekat pada dasar anggota tubuh bagian dada dan pada dinding dada.                                                                                                                Macrobracheum sp.
Menurut Hutabarat (1986) Copepoda mempunyai sifat-sifat umum ;
  1. Ruas-ruas tubuh tampak jelas yang terbagi dua bagian utama yaitu : metasome (m) dan urosome (u). Metasome biasanya tampak lebih besar daripada urosome.
  2. Ciri khas matesome terdiri dari lima ruas yang kadang-kadang jumlah ini berkurang oleh karena di antara ruas-ruas ini ada yang terpadu.
  3. Urosome biasanya mempunyai ruas yang berjumlah antara satu sampai lima.
  4. Pada ruas pertama urosome (genital segmen) terdapat lubang kemaluan (genital apperture) dan pada ruas terakhir (anal segment) terdapat anus.
  5. Anal segment mempunyai penonjolan (projection) yang bercabang dua yang dinamakan furcal rami. Pada masing-masing cabang terdapat bulu-bulu (setae).
Branchiopoda merupakan Crustacea yang sangat primitif dan sebagian besar mendiami air tawar, kubangan air asin, dan danau. Branchiopoda ini kakinya seperti daun dengan insang sepahjang pinggirnya. Hidup terutama di air tawar dan di kenal sebagai kutu air. Marga utama yang sangat dikenal adalah Artemia sp., atau udang garam. Artemia sp. ini dapat bertahan pada perubahan salinitas lingkungan yang besar. hanya ada satu ordo ini mempunyai mata majemuk besar dan sangat khas, yang merupakan penggabungan dari dua mata dari masing-masing sisi. Hewannya sangat kecil. Terdapat dalam bentuk plankton adalah marga-marga Evadne sp. dan Podon sp.  (Romimohtarto, 2001).
            Cirripedia tidak terkait dengan kepiting dan udang. Tetapi jika cangkangnya dibuka maka bentuk khas Crustacea terlihat, karena mereka menyembunyikan sifat-sifat khas Crustacea dalam lempeng-lempeng kerangka kapur mereka. Tubuhnya terdiri dari beberapa ruas dan abdomennya tereduksi. Cirripedia adalah hewan menetap saat dewasa, tidak mempunyai mata majemuk, karapasnya menutupi seluruh tubuh dan sebagian besar hermaprodit. Kelompok lain ada yang bersifat parasit dan kelihatan sebagai tubuh yang meregenerasi menjadi seperti kantung menempel pada permukaan ventral dari kepiting dan Crustacea lain (Romimohtarto, 2001).
Bangsa udang atau Macrura menurut Romimohtarto (2001), mempunyai bentuk tubuh yang memanjang, terdiri dari kepala–dada dan abdomen (yang kadang-kadang juga disebut ekor). Kaki beruas enam. Pada bagian kepala terletak dua pasang antenna, sepasang mata bertangkai, dan lima pasang kaki berjalan sedangkan dekat pada bagian ekor terletak enam pasang kaki-renang, sepasang untuk tiap ruas, sebuah telson dan dua pasang uropod. Lobster terbagi dalam empat suku seperti tersebut dibawah ini.
suku : Nephropsidae (lobster bercapit)
           Synaxidae (lobster karang)
           Scyllaridae (lobster sandal)
           Palinuridae (lobster berduri)
Udang barong dari marga Panulirus, termasuk dalam suku palinuridae, terdiri dari 14 jenis yang tersebar diperairan tropik. Pada umunya Panulirus ditemukan pada lingkuangan perairan karang dari permukaan sampai kejelukan 100 m,terutama di perairan hangat kisaran suhu 20-30ºC, yang terletak diantara 30 LS – 30 LU. Indonesia terdapat tujuh jenis udang barong yang sering dijumpai dalam lingkuan yang berbeda seperti dibawah ini :
  1. Panulirus homarus
  2. Panulirus penicillatus
  3. Panulirus longipes
  4. Panulirus polyphagus
  5. Panulirus versicolor
  6. Panulirus ornatus
  7. Panulirus dasypus 






                                                      









BAB IV. PEMBAHASAN

ACARA II : COELENTERATA

  1. Klasifikasi
Phylum            : Coelenterata
Classis             : Anthozoa
Subclassis        : Zoantharia (Hexacoralia)
Ordo                : Madreporaria (Scleractinia)
Familia : Acroporidae
Genus              : Acropora
Species            : Acroora sp.
  1. Deskripsi
            Preparat ini dikenal sebagai koral batu, koral sejati (stony coral,true coral). Kebanyakan hidup berkoloni. Preparat ini mempunyai bentuk totol-totol (koral bercabang). Warna yang dimilikinya putih. Preparat ini mempunyai bagian khusus yaitu coralite yang berfungsi sebagai saluran keluar masuknya makanan. Tubuhnya berkerangka kapur yang keras. Secara morfologi seperti kelompok aktinia (tetapi nematocyt berbeda).

1.            Klasifikasi
Phylum            : Coelenterata
Classis             : Anthozoa
Subclassis        : Zoantharia (Hexacorallia)
Ordo                : Madreporaria (Seleraetinia)
Familia : Favidae
Genus              : Favites
Species            : Favites sp.
2.            Deskripsi
Preparat ini mempunyai banyak rongga. Preparat ini jika berkoloni berbentuk massive (padat/pejal), membulat dengan ukuran yang relatif besar. Preparat ini mempunyai warna putih kusam seperti kapur. Preparat ini dapatditemukan pada daerah-daerah pantai. Ukurannya dapat mencapai sekitar satu meter. Coralite berbentuk cerioid dengan pertunasan intratentakuler (bentuk pertunasan dimana anakan coralite terbentuk diluar coralite induknya) dan cenderung berbentuk polygonal. Tidak terlihat adanya pusat coralite. Septa berkembang baik dengan gigi yag jelas. Eksoskeleton mengandung zat kapur, terdapat garis-garis radial menuju pusat, polip kecil; bagian yang terlihat yaitu : theca dan pedal disk (tempat melekat, berada dibagian basal).

  1. Klasifikasi
Phylum            : Coelenterata
Classis             : Anthozoa
Subclassis        : Alayonaria (Octocoralia)
Ordo                : Stolonifera
Familia : Tubiporidae
Genus              : Tubipora
Species            : Tubipora musica
  1. Deskripsi
Preparat ini memiliki warna merah. Bentuknya memiliki tabung-tabung kecil yang lonjong. Preparat ini dapat ditemukan pada kedalaman sekitar sembilan meter. Selain itu, struktur tubuhnya memiliki lubang-lubang kecil yang merupakan tempat keluar masuknya makanan. Preparat ini juga dapat dijadikan hiasan dalam akuarium. Dalam kelas Alcyonaria dimasukkan dalam bangsa Stolonifera. Bentuk hidupnya polip tumbuh dari suatu hamparan dasar; jika ada kerangka maka bersifat spikula, atau membentuk bangunan bersusun.






ACARA III
ECHINODERMATA

  1. Klasifikasi
Phylum            : Echinodermata
Subphylum      : Eleutherozoa
Classis             : Asteroidea
Ordo                : Forcipulata
Familia : -
Genus              : Luidea
Species            : Luidea sp.
  1. Deskripsi
Preparat ini mempunyai lima buah lengan yang sama panjang tanpa kaki penghisap. Preparat ini tubuhnya keras karena dilindungi oleh eksoskeleton dan endoskeleton yang mengandung CaCo3. Pada permukaaan aboralnya tertutup semacam duri (pediallaria). Dan juga terdapat madreporit yang menonjol/mencuat. Umumnya bersifat karnivora dan predator. Dalam kelas Asteroidea, preparat ini dimasukkan dalam bangsa Platyasterida.

  1. Klasifikasi
Phylum            : Echinodermata
Subphylum      : Eleutherozoa
Classis             : Ophiuroidea
Ordo                : Ophiurae
Familia : Ophiruroidae
Genus              : Ophiotrichoides
Species            : Ophiotrichoides sp.
  1. Deskripsi
Preparat ini memiliki lima buah lengan yang panjang dan langsing serta meruncung pada bagian ujungnya. Biasanya hidup pada daerah berbatu dan terumbu karang. Pada pertemuan kelima lengannya pada permukaan aboralnya terdapat Actinosmata. Tubuhnya juga memiliki lempengan lengan bagian dorsal, Central disk, Segmen lengan dll. untuk permukaan oralnya terlihat organ mulut, Bucal plate, Madreporit, dan oral papila.

  1. Klasifikasi
Phylum            : Echinodermata
Subphylum      : Eleutherozoa
Classis             : Echinoidea
Ordo                : Echinoida
Familia : Echinidae
Genus              : Echinus
Species            : Echinometra mathaei
  1. Deskripsi
Preparat ini bersifat herbivora dengan memakan rumput laut, tumbuhan algae, dan mencerna bahan-bahan organic, sponge, dan Bryozoa. Preparat ini mempunyai bentuk tubuh subglabular; tanpa lengan; duri (spina) kuat. Pada bagian oral terdapat : darah ambulakra, daerah interambulakra dan mulut yang dilengkapi peristoma. Pada bagian aboral terdapat : anus, periproct, keping madreporit, genital plate dan gonopore. Sistem lokomosi menggunakan duri-duri disekujur tubuhnya dan sucker tripped pada kaki tabungnya.
ACARA IV
PLTYHELMINTHES, ANNELIDA, DAN PORIFERA

  1. Klasifikasi
Phylum            : Platyhelminthes
Classis             : Turbellaria
Ordo                : Tricladidaa
Familia : Planaridae
Genus              : Planaria
Species            : Planaria sp.
  1. Deskripsi
Seluruh tubuh preparat ini ditutupi oleh rambut getar (cilia). Bagian mulut terletak dibagian bawah dengan pharynx dapat dijulurkan pada waktu makan. Preparat ini bernapas dengan permukaan tubuhnya. Alat eksresinya berupa sel api (flame cell). Preparat ini dapat ditemukan pada permukaan air tawar yang jernih, sering dibalik batu. Preparat ini bersifat karnivora dengan memakan avertebrata yang ukurannya lebih kecil. Selain itu juga dilengkapi sepasang bintik mata yang berfungsi menangkap rangsangan cahaya. Tubuh preparat ini dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian posterior dan bagian anterior.

  1. Klasifiakasi
Phylum            : Annelida
Classis             : Oligocheta
Ordo                : Tubificida
Familia             : Tubificidae
Genus              : Tubifex
Species            : Tubifex tubifex
  1. Deskripsi
Preparat ini bergerak dengan setae (bulu-bulu kaku). Umumnya bersifat hermaprodit dengan fertilisasi internal namun tidak bisa membuahi dirinya sendiri. Pada sekat kedua merupakan mulutnya. Preparat ini tidak mempunyai anus, Respirasinya berlangsung dengan kulit dan branchis. Berbeda dengan Platyhelminthes, Annelida ini sudah memiliki rongga badan yang berkembang dengan baik.

  1. Klasifikasi
Phylum            : Porifera
Classis             : Demospongia
Ordo                : Monaxonida
Subordo           : Halichondrina
Familia : Demacidonidae
Subfamilia       : Ectyoninae
Genus              : Microciona
Species            : Micricona sp.
  1. Deskripsi
Preparat ini memiliki tubuh tegak bercabang-cabang, kadang beranastomis, tampak adanya ostium. Kulit luarnya terdiri atas selapis sel pipih yang umumnya disokong oleh spikula. Preparat ini mempunyai sejumlah flagel yang berfungsi menangkap makanan. Kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, preparat ini akan mengalami masa dormant (tidak aktif). Pada sistem canalnya, mesohyl (jaringan penghubung sponge) lebih tebal dari pada ascon.
ACARA V
MOLLUSCA

  1. Klasifikasi
Phylum            : Mollusca
Classis             : Gastropoda
Subclassis        : Prosobranchia
Ordo                : Mesogastropoda
Familia            : Cypracidae
Genus              : Cypracea
Spesies            : Cypracea sp.
  1. Deskripsi
Bentuk cangkang bulat telur dengan permukaan licin dan sangat mengkilap. Bentuk spiral tidak kelihatan; hanya bilamana cangkang dipecahkan, bentuk spiralnya dapat dilihat. Cangkang berwarna putih hingga coklat muda, dengan bintik-bintik coklat tua ataupun hitam. Panjang cangkang 5-13 cm. Bibir luar dan dalam berwarna putih serta bergerigi. Keadaan aktif bergerak, seluruh cangkangnya ditutupi mantelnya, sehingga akan tampak mantelnya yang berwarna hitam dan berbintil-bintil; mantel akan ditarik ke dalam cangkang bila disentuh. Hidup di daerah pasang surut di antara batu karang yang banyak ditumbuhi alga. Kerang ini dikenal dengan nama ‘bilalu atau kuwuk’. Dagingnya dapat dimakan, cangkangnya dapat digunakan sebagai perhiasan, jenis lain yang berukuran kecil bahkan pernah digunakan sebagai mata uang.

  1. Klasifikasi
Phylum            : Mollusca
Classis             : Gastropoda
Subclassis        : Prosobranchia
Ordo                : Neogastropoda
Familia : Muricidae
Genus              : Murex                   
Species            : Murex trescholi
  1. Deskripsi
Preparat ini mempunyai duri-duri yang tajam. Cangkangnya berwarna putih dengan guratan-guratan vertikal dan horizontal. Preparat ini bersifat omnivor. Cangkangnya dapat dimanfaatkan sebagai hiasan dalam akuarium tawar maupun sebagai pajangan. Manfaat lainnya adalah dapat mendegradasi limbah-limbah organik yang ada di perairan.

  1. Klasifikasi
Phylum            : Mollusca
Classis             : Bivalvia
Subclassis        : Heterodonta
Ordo                : Veneroida
Familia : Archidae
Super familia   : Archoidea
Genus              : Anadara
Species            : Anadara granosa
  1. Deskripsi
Preparat ini umumnya hidup di air yang berlumpur. Cangkang yang cukup keras yang berfungsi untuk melindungi organ bagian dalamnya. Kehidupan preparat ini berperan sebagai filter feeder. Preparat ini mempunyai gigi engsel tipe taxodont; isomyaria; insang tipe filibranchia (lempengan-lempengan yang berdekatan dihubungkan oleh banyak kelijak)  tanpa hubungan interlamelar. Daging preparat ini dapat dimanfaatkan sebagai makanan.

  1. Klasifikasi
Phylum            : Mollusca
Classis             : Cephalopoda
Ordo                : Dibranchia
Subordo           : Decapoda
Familia : Sepialidae
Genus              : Sepia
Species            : Sepia sp.
  1. Deskripsi
Cangkang internal terletak di dalam mantel, berwarna putih, berbentuk oval dan tebal, serta terbuat dari kapur. Tubuh relatif pendek menyerupai kantung. Mantel berwarna merah jambu kehitaman dan diselubungi selaput tipis. Kedua sisinya terdapat sirip lateral yang memanjang dari ujung dorsal sampai ventral. Kepala besar dengan delapan lengan dan dua tentakel panjang yang dapat disembunyikan didalam kantung pada dasar tentakel. Tentakel digunakan untuk menangkap mangsa yang berupa ikan-ikan kecil dan crustacea. Baik lengan maupun tentakel hanya dijumpai pada ujung-ujungnya, sedangkan pada lengan terdapat disisi sebelah dalam. Ujung pasangan lengan keempat  sepia sp. jantan berubah menjadi hectocotylus. Preparat ini dapat memijah beberapa kali selama hidupnya. Telur yang keluar dari ovarium diliputi membran liat berbentuk kerucut (chorion). Preparat ini bersifat pasif, hidup di dasar perairan laut tropis, beberapa jenis diantaranya ada yang hidup di laut dalam. Keadaan terancam preparat ini akan berenang mundur dengan cepat dengan cara menyemburkan air dalam rongga mantel melalui sifon atau menyemburkan tinta yang berwarna hitam kebiruan. Jenis-jenis tertentu bahkan dapat mengubah warna tubuhnya sesuai dengan warna lingkungannya. Preparat ini dikenal dengan nama ‘sotong’ atau ‘blekuthak’, banyak diperjualbelikan sebagai sumber protein hewani. Cangkang umumnya digunakan sebagai tambahan kalsium pada pakan unggas.


  1. Klasifikasi
Phylum            : Mollusca                     
Classis             : Cephalopoda
Ordo                : Dibranchia
Subordo           : Decapoda                                         
Familia : Loliginidae
Genus              : Logilo
Species            : Logilo sp.
  1. Deskripsi
Cangkang terletak di dalam rongga mantel, berwarna putih transparan, berbentuk pena atau bulu dan terbuat dari kitin. Tubuh relatif panjang langsing dan bagian belakang meruncing (rhomboidal). Matel berwarna putih dengan bintik-bintik merah ungu sampai kehitaman dan diselubungi selaput tipis berlendir. Bagian kedua sisi dorsalnya terdapat sirip lateral berbentuk segi tiga. Kepala besar dengan delapan lengan dan dua tentakel panjang. Permukaan lengan bagian dalam dilengkapi batil isap , sedangkan pada tentakel batil isap hanya terdapat di ujung-ujungnya. Ujung pasangan lengan keempat pada preparat jantan berubah menjadi hectocotylus . Preparat ini umumnya memijah satu kali dan biasanya mati setelah melakukan reproduksi. Telur yang keluar dari ovarium diliputi membran liat, panjang dan berlubang pada ujung-ujungnya (chorion). Preparat ini bersifat kosmopolit, hidup berkelompok di perairan bagian atas. Preparat ini aktif berburu mangsa yang berupa ikan-ikan kecil dan crustacea pada malam hari. Bila merasa terancam mereka akan berenang mundur dengan cepat atau menyemburkan tinta berwarna hitam kecoklat-coklatan. Preparat ini diperjualbelikan sebagai sumber protein hewani.

  1. Klasifikasi
Phylum            : Mollusca
Classis             : Cephalopoda
Ordo                : Dibranchia
Subordo           : Octopoda
Familia : Octopodidae
Genus             : Octopus
Species            : Octopus sp.
  1. Deskripsi
Cangkang tidak ada. Tubuh bulat seperti kantung. Mantel tanpa sirip lateral, berwarna merah coklat atau kehitam-hitaman. Kepala hampir menyatu dengan mantel, tanpa tentakel dan dikelilingi oleh delapan lengan berbatil isap. Pangkal lengan saling dihubungkan selput renang. Ujung renang pasangan ketiga berubah menjadi hectocotylus. Preparat ini dapat memijah beberapa kali selama hidupnya. Telur selalu dijaga dengan yang betina, sperma hewan jantannya dibungkus dalam suatu kantung (spermatophore). Preparat ini bersifat pasif, hidupnya menyendiri dalam lubang-lubang di terumbu karang. Keadaan terancam ia akan merayap kedalam lubangnya atau menyemburkan tinta berwarna hitam pekat. Beberapa jenis bahkan dapat mengubah warna tubuhnya sesuai warna lingkungannya. Preparat ini memangsa ikan-ikan kecil, crustacea, atau mollusca.

ACARA V
ANTHROPODA
  1. Klaisfikasi
Phylum            : Arthropoda
Subphylum      : Mandibulata
Classis             : Crustacea
Subclassis        : Malacostraca
Superordo        : Eucarida
Ordo                : Decapoda
Familia : -
Genus              : Macrobrachium
Spesies : Macrobracheum rosenbergii
  1. Deskripsi
Tubuh, kecuali pada sambungan antara dua ruas, tertutup eksoskeleton yang terbuat dari kitin. Ruas-ruas kepala dan dada tertutup karapaks, sedangkan abdomen ditutup oleh lima buah pleura.  Tebal karapaks dari sisi ke sisi relatif lebih besar daripada abdomen. Hewan jantan berwarna biru kehijauan dan berukuran lebih besar, sedangkan betinanya berwarna hijau kecoklatan. Ciri khas hewan ini terletak pada: (1) Pleura pada ruas abdomen kedua menumpang diatas pleura dari ruas abdomen kesatu dan ketiga. (2) Cheliped (capit) yang merupakan modifikasi dari kaki jalan (periopod) kedua terutama pada yang jantan berukuran lebih panjang dan lebih besar daripada chileped kesatu maupun tiga pasang kaki jalan lainnya. Oleh karena itu preparat ini dikenal sebagai ‘udang galah’. Udang jantan memiliki alat kelamin (petasma) pada pasangan kaki jalan kelima, sedangkan alat kelamin pada udang betina (thelycum)terdapat di pasangan kaki jalan ketiga. Kaki renang (pleopod) pada hewan betina berfungsi sebagai tempat melekat dan inkubasi telur. Preparat ini hidup di dasar sungai dan bersifat omnivora. Preparat dewasa memijah di air payau atau muara sungai. Larva berkembang melalui stadium juwana di muara sungai dan menjadi dewasa di hulu sungai.
                                                                       
  1. Klasifikasi
Phylum            : Anthropoda
Subphylum      : Mandibulata
Classis             : Crustacea
Subclassis        : Malacostraca
Superordo        : Eucarida
Ordo                : Decapoda
Familia : Portunidae
Genus              : Scylla
Species            : Scylla serrata
  1. Deskripsi
Struktur dan bentuk tubuh hampir sama dengan rajungan. Carapaks berwarna hijau kotor berbentuk hampir segi enam dan agak membulat di sisi anterior. Lebar carapaks dapat mencapai 25 cm dan berukura lebih besar daripada panjangnya. Permikaan carapaks licin agak bergranula. Pada sisi muka (anterolateral) carapaks terdapat sembilan buah duri yang sama besarnya. Cheliped pada preparat jantan lebih besar serta panjangnya terutama pada yang dewasa dapat mencapai dua kali panjang carapaks. Preparat ini hidup pada lubang-lubang di pantai yang banyak ditumbuhi bakau dan banyak ditemukan di dalam tambak. Preparat ini memakan bangkai (scavenger) dan aktif pada malam hari. Larva bersifat planktonik pemakan plankton. 

1.      Kalsifikasi
Phylum                  : Arthropoda
Subphylum            : Mandibulata
Classis                   : Crustacea
Subordo                : Malacostraca
Superordo             : Eucarida
Ordo                      : Decapoda
Familia                  : Palinuridae
Genus                    : Panulirus
Species                  : Panulirus sp.
2.  Deskripsi
Tubuhnya ditutupi eksoskeleton berzat kapur yang keras. Skeleton pada bagian caput (kepala) sangat tebal dan ditutupi oleh duri-duri besar dan kecil. Ujung kepala disebelah atas mata terdapat dua tonjolan keras, dan diantara kedua tonjolan itu terdapat lengkungan berduri. Preparat ini mempunyai dua pasang sungut, sungut kedua keras, kaku dan panjang. Kaki ada enam pasang, ekor berbentuk seperti kipas berwarna merah coklat atau ungu kecoklatan. Badan terdapat garis melintang putih.
           




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar