Tinjauan Pustaka
Phaeophyta terdiri dari satu kelas yaitu phaeophyceae, sel tubuhnya mengandung kromatofor coklat kekuningan (xanthophyl) sehingga sering disebut alga coklat, cadangan makanannya berupa laminarin dan manitol (Smith, 1995).
Menurut Bold and Wyne (1978), phaeophyceae terdiri atas tiga subkelas berdasarkan pergantian keturunan. Isogenerate ditandai dengan suatu pergantian keturunan dengan saprofit dan gametofitnya mempunyai ukuran yang sama namun sitologinya berbeda. Heterogenerate ditandai dengan suatu pergantian keturunan saprpfit dan gametofitnya berbeda ukuran dan bentuknya. Umumnya saprofit lebih besar dari gametofitnya. Cyclosporae ditandai dengan daur hidup tanpa suatu pergantian keturunan. Tubuh dari alga ini diploid.
a) Sargassum sp.
Secara morfologi, thallus sargassum tergolong dalam ganggang yang lebih terspesialisasi dari ganggang yang lain, dengan bagian-bagian yang dapat dibedakan menjadi ”holdfast” (alat pelekat), sumbu pokok yang silindris, cabang-cabang yang menyerupai daun yang steril, gelembung udara yang berbentuk seperti bola reseptakel (Bold dan Wyne, 1978).
Tumbuhan mempunyai thallus yang relatif besar, berwarna coklat cerah, melekat pada substrat dengan alat pelekat, thallus Sargassum dibedakan oleh sistem percabangan lateralnya dengan cabang-cabang yang pertumbuhannya terbatas (daun/filoid) dan cabang-cabang yang pertumbuhannya tidak terbatas (batang/cauloid). Cauloid tersebut ramping bercabang atau tidak bercabang, dengan filoid yang lebar dan sempit, dengan tepi rata atau bergerigi, cabang yang mendukung gelembung udara selalu ada. Reseptakel aksiler, umumnya mendekati silindris, prismatic, atau bercabang (Gupta; 1981; Taylor, 1960).
b) Turbinaria sp.
Thallus utamanya berbentuk silindris, batang tegak, kasar, terdapat bekas-bekas percabangan. Holdfast berupa cakram kecil dengan terdapat perakaran yang berekspansi radial. Percabangan berputar di sekeliling batang utama, daum merupakan kesatuan yang terdiri dari tangkai dan lembaran. Umumnya terdapat di daerah rataan terumbu karang yang keras sangat cocok untuk menempel. Tersebar luas di perairan pantai di Indonesia. Bagian tenagh lateral terlihat sedikit cekung yang berisi gelembuing tunggal (air bladder) diantara dua bagian thallus (www.warintek.net dan www.iptek.net.id).
Alga ini termasuk ke dalam golongan makro alga yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis, yang termasuk ke dalam famili Sargassaceae, morfologi dan anatomi mirip dengan makro alga yang lain yang termasuk ke dalam ordo fucales (Atmadja, 1996).
c) Padina sp.
Bentuk thali seperti kipas membentuk segmen-segmen lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis berambut radial dan perkapuran di permukaan daun. Warna coklat kekuningan dan kadang memutih karena terdapat zat kapur. Tersebar luas di perairan Pasifik dan perairan Samudra Hindia, tetapi paling banyak ditemukan di perairan Indonesia (www.iptek.net.id dan www.indoocean.com).
Pada ujung lembaran daun terdapat penebalan gametangia yang berfungsi sebagai pelindung daerah pingiran supaya tidak sobek. Pada lembaran daun terdapat garis-garis lingkar (garis konsentris) yang menyolok. Fasa hidupnya gametofit dan sporofit (Pandey dkk, 1995).
d) Dictyota sp.
Thallus pipih seperti pita dengan panjang 5 cm dan lebar 2-3 mm dengan pinggir rata. Percabangan dengan ujung yang runcing membentuk rumpun yang rimbun sehingga sering membentuk gumpalan, warna thallusnya coklat tua, mempunyai sebaran yang tidak terlalu luas dan hidupnya menempel pada batu karang mati di daerah rataan terumbu karang (www.warintek.net).
Banyaknya cabang yang dimiliki karena jenis alga ini memiliki bushy erect system, dalam habitat yang besar terlihat seperti jala, dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan anti bakteri dan sumber algin (Pandey dkk, 1995).
Cara Kerja
1) Tulis klasifikasi jenis-jenis alga anggota Phaeophyceae yang tersedia.
2) Perhatikan morfologi sediaan yang ada. Perhatikan letak reseptakel dan gelembung udaranya. Dimana letak gelembung udara pada Turbinaria sp. ?
3) Gambar, beri keterangan dan tulis deskripsi singkat masing-masing sediaan.
Hasil Pengamatan
(Terlampir)
Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Senin, 4 Oktober 2004
Pukul : 13.30 – 16.00 WIB
Pembahasan
a) Sargassum sp.
Secara morfologi, thallus dari ganggang ini berbeda dengan ganggang yang lain, dengan bagian-bagian yang dapat dibedakan menjadi ”holdfast” (alat pelekat), sumbu pokok yang silindris, cabang-cabang yang menyerupai daun yang steril, gelembung udara yang berbentuk seperti bola reseptakel. Berwarna coklat cerah, melekat pada substrat dengan alat pelekat, thallus Sargassum dibedakan oleh sistem percabangan lateralnya dengan cabang-cabang yang pertumbuhannya terbatas (daun/filoid) dan cabang-cabang yang pertumbuhannya tidak terbatas (batang/cauloid). Cauloid tersebut ramping bercabang atau tidak bercabang, dengan filoid yang lebar dan sempit, dengan tepi rata atau bergerigi, cabang yang mendukung gelembung udara selalu ada (Kasjian, 2001).
Gelembung udara ini berfungsi sebagai alat pengapung dan menjaga tubuh untuk tetap tegak dalam air. Menurut Fritisch (1945) dan www.iptek.net.id, pada anggota Sargassaceae yang lebih rendah tingkatannnya, gelembung udara mungkin berkembang seperti ”daun”, sebaliknya kadang ”daun” ditempati oleh gelembung udara, sehingga dapat dikatakan bahwa gelembung udara homolog dengan ”daun”. Alga ini kaya akan sumber algin, tannin dan phenol yang banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi dan kosmetik. Selain itu dalam dunia kesehatan, berfungsi sebagai anti bakteria, anti tumor dan efektif untuk gondok dan masalah kelenjar lainnya.
b) Turbinaria sp.
Jenis alga ini memiliki holdfast berupa cakram kecil dengan terdapat perakaran yang berekspansi radial. Percabangan berputar di sekeliling batang utama, daum merupakan kesatuan yang terdiri dari tangkai dan lembaran. Umumnya terdapat di daerah rataan terumbu karang yang keras sangat cocok untuk menempel. Tersebar luas di perairan pantai di Indonesia. Bagian tenagh lateral terlihat sedikit cekung yang berisi gelembuing tunggal (air bladder) diantara dua bagian thallus (Fritisch, 1945).
Turbinaria sp. banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, rabuk (fertilizar) karena kandungan aranila tinggi, sumber algin, tannin, dan phenol yang sangat bermanfaat bagi kesehatan juga berfungsi untuk menolak serangga (insect repellent) (www.iptek.net.id).
c) Padina sp.
Bentuk thali seperti kipas membentuk segmen-segmen lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis berambut radial dan perkapuran di permukaan daun. Warna coklat kekuningan dan kadang memutih karena terdapat zat kapur. Tersebar luas di perairan Pasifik dan perairan Samudra Hindia, tetapi paling banyak ditemukan di perairan Indonesia. Pada ujung lenbaran daun terdapat penebalan gametangia yang berfungsi sebagai pelindung daerah pingiran supaya tidak sobek. Pada lembaran daun terdapat garis-garis lingkar (garis konsentris) yang menyolok. Fasa hidupnya gametofit dan sporofit. Alga ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, untuk rabuk, dan diambil ekstraknya karena kaya akan algin dan alinate (www.iptek.net.id).
d) Dictyota sp.
Thallus pipih seperti pita dengan panjang 5 cm dan lebar 2-3 mm dengan pinggir rata. Percabangan dengan ujung yang runcing membentuk rumpun yang rimbun sehingga sering membentuk gumpalan, warna thallusnya coklat tua, mempunyai sebaran yang tidak terlalu luas dan hidupnya menempel pada batu karang mati di daerah rataan terumbu karang. Jenis alga ini dapat diolah menjadi bahan makanan dan merupakan sumber phenol dengan fitamin folat dan asam folat (www.iptek.net.id).
Kesimpulan
1) Phaeophyta memiliki warna dominan coklat karena jumlah karotenoid dan fukoxanthin yang besar di kloroplasnya, mempunyai gelembung udara yang berfungsi sebagai alat pengepung dan menjaga tubuh untuk tetap tegak dalam air.
2) Kelas Phaeophyceae (alga coklat) antara lain Sargassum sp., Turbinaria sp., Padina sp., Dictyota sp.
Daftar Pustaka
________. 2003. Alga Coklat. http://www.iptek.net.id/ind/cakra_alga/alga_adx.php?alga=coklat – 14k. Diakses Tanggal 3 Oktober 2004.
________. 2003. Rumput Laut. http://www.indoocean.com/d_usaha/industri/teknologi%20Rumput%20Laut.htm-29k rumah. Diakses Tanggal 1 Oktober 2004.
________. 2003. rumput laut. http://www.warintek.net/rumput_laut.htm - 100k. Diakses Tanggal 3 Oktober 2004.
Atmadja, W.S. Kadi, Sulistijo, R. Satari. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta : Puslitbang Oseanografi LIPI.
Bold, H.C. dan Wynne, M.J. 1978. Introduction To The Algae, Structure and Reproduction. New Delhi : Prentice Hall Of India.
Fritisch, F.E. 1945. The Structure and Reproduction of The Algae. Vol II, Cambridge of The University Press.
Gupta, J.S 1981. Tex Book of Algae. Oxford and IBH Publishing Co, New Delhi, Bombay, Calcutta.
Kasijan Romimohtarto, Sri Juwana. 2001. Biologi Laut : Ilmu Pengantar Tentang Biologi Laut. Jakarta : Djambatan.
Pandey, S. N., dan P.S. Trivedi. 1995. A Textbook Of Algae. New Delhi : Vikas Publishing House.
Smith, G. M. 1995. Cryptogamic Botany, Algae And Fungi. New York, Toronto : Mc Graw Hill Book Company, Inc.
Taylor, W. R. 1960. Marine Algae of the Eastern Tropical and Subtropical Coast of the Americas. New York : Ann Akbor the University of Michigan Press.

























0 komentar:
Posting Komentar